Impor LNG jadi Cara Instan Menko Luhut Tekan Harga Gas

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 12 Okt 2016 07:59 WIB
Impor LNG akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri di Indonesia bagian Barat.
Impor LNG akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri di Indonesia bagian Barat. (Dok. PGN).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah membuka wacana mengimpor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) untuk memasok kebutuhan industri di Indonesia bagian barat. Upaya ini dilakukan sebagai cara mudah dan cepat memangkas harga gas yang selama ini menjadi momok bagi industri.

Pelaksana tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan, langkah ini diambil karena sebagian besar industri pengguna gas terpusat di pulau Jawa dan Sumatera.

Selain itu, ia menganggap mahalnya harga gas di Indonesia bagian Barat disebabkan karena tingginya biaya distribusi. Pasalnya, gas di wilayah tersebut justru disalurkan dari sumber gas di Indonesia bagian Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mecontohkan terminal regasifikasi LNG Arun, Aceh yang mendapatkan pasokan gas dari Papua dan Sulawesi. Akibatnya, harga gas yang diterima industri di Sumatera Utara bisa menembus US$13 per MMBTU.

"Di Indonesia Barat seperti di Aceh, harus bawa LNG dari Papua ke sana, itu harus dipikirkan. Kenapa tidak impor saja?,” ujar Luhut di Gedung Kementerian ESDM, kemarin.

Dengan langkah ini, Luhut yakin harga gas bisa lebih murah US$5 per MMBTU, dengan mengambil sampel wilayah Sumatera Utara.

Menurut kalkulasi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini, harga LNG impor saat ini rata-rata sebesar US$3 per MMBTU hingga US$4 per MMBTU. Nilai itu kemudian ditambah oleh biaya regasifikasi dan distribusi dengan rentang harga US$4 per MMBTU dan US$5 per MMBTU. Sehingga, harga gas di tingkat pengguna akhir di Sumatera Utara bisa mencapai US$8 per MMBTU.

Sampai sejauh ini, ia membidik impor LNG dari negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, hingga negara-negara Timur Tengah. Peraturan yang akan menjadi payung hukum impor LNG kini tengah dikaji oleh pemerintah.

"Peraturan dan tata caranya sedang di-exercise, lalu gas yang di Indonesia Timur bisa difokuskan untuk ekspor," jelasnya.

Kendati demikian, tak semua sektor industri bisa memanfaatkan LNG impor tersebut. Luhut menerangkan, industri petrokimia dan pupuk diupayakan tetap mendapatkan gas langsung dari kepala sumur (well head) agar harganya bisa lebih efisien.

Untuk itu, pemerintah janji akan meninjau kembali aturan formulasi harga di dalam Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan industri pengguna.

"Kalau petrokimia kami ambil dari well head, harganya bisa sekitar US$3 per MMBTU hingga US$4 per MMBTU," lanjutnya.

Selektif Pilih Industri

Selain itu, ia juga tak mau menyeragamkan harga gas bagi seluruh sektor yang dijanjikan mendapatkan gas murah. Harga gas bagi masing-masing sektor industri akan berbeda, tergantung keekonomiannya, kebutuhannya, serta nilai tambah yang dihasilkan.

"Karena ada industri yang dengan harga gas US$8 per MMBTU sudah untung. Kami tidak mau serta merta dikasih harga US$6 karena hanya menambah untung mereka saja," lanjut Luhut.

Sebagai informasi, penurunan harga gas yang tengah dikejar pemerintah hanya berlaku bagi industri pupuk, industri petrokimia, industri oleochemical, industri baja, industri keramik, industri kaca, dan industri sarung tangan karet. Ini berlaku sesuai dengan pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 40 tahun 2016.

Selain itu, Menteri ESDM juga dapat menetapkan harga gas bumi tertentu jika tidak memenuhi keekonomian industri pengguna gas bumi dan harga gas bumi lebih tinggi dari US$6 per MMBTU.

Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), harga gas industri di Jawa Timur saat ini dihargai US$ 8,01 hingga US$ 8,05 per MMBTU. Sementara itu, harga gas Jawa bagian Barat di kisaran US$ 9,14 hingga US$9,18 MMBTU, bahkan harganya bisa mencapai US$13,9 hingga US$13,94 per MMBTU di Sumatera Utara. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER