Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tak bisa segera menurunkan suku bunga kreditnya kendati bank sentral telah berkali-kali menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI) 7
days reverse repo rate tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengilustrasikan upaya menurunkan suku bunga di industri perbankan umum, tidak seperti menggigit cabai yang langsung terasa pedasnya. Ia lebih memilih mencontohkan seperti lada, yang semakin lama dikunyah akan semakin pedas.
Jahja merinci beberapa hal yang harus diikuti oleh penurunan suku bunga BI 7
days reverse repo rate adalah harus direspons oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan juga menurunkan suku bunga penjaminan simpanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini bisa memicu penurunan suku bunga deposito perbankan dan pada akhirnya menurunkan biaya dana (
cost of fund) perbankan.
Namun, kata Jahja, perlu diingat bahwa pengenaan bunga penjaminan yang baru hanya akan diterapkan pada penempatan deposito baru.
"Karena penempatan lama tidak bisa dipotong bunganya. Jadi ada
time gap-nya. Waktunya bisa 1 bulan, 3 bulan bahkan 1 tahun," kata Jahja, kemarin.
Selain itu, kondisi likuiditas yang ketat di pasar juga mempengaruhi penurunan bunga deposito perbankan. Pasalnya, dengan likuiditas yang ketat perbankan akan berani memberikan bunga deposito yang tinggi bahkan melebihi bunga yang dijamin LPS.
"Itu yang menyebabkan tidak serta-merta BI 7
days reverse repo rate turun, likuiditas langsung bertambah, kecuali giro wajib minimum longgar," ujarnya.
Singkatnya, kata Jahja, dampak turunnya bunga deposito terhadap biaya dana di pasar perlu waktu. Hal itu berbeda dengan bunga pinjaman (
lending rate) yang lebih bersifat jangka pendek (
floating) dan bisa langsung mendongkrak permintaan kredit di pasar.
"
Lending rate itu kebanyakan
floating rate, begitu kita turunkan bunga hari ini langsung bunga turun bulan ini, berbeda dengan bunga dana pihak ketiga yang dari deposito," ujarnya.
BCA sendiri, kata Jahja, sudah mulai mengarahkan suku bunga pinjamannya ke arah satu digit. September lalu, kata Jahja, BCA telah memangkas suku bunga kreditnya secara umum sebesar 25 persen.
Bahkan, untuk kredit korporasi dan konsumer seperti kredit kendaraan bermotor (KKB), Jahja mengklaim, suku bunganya sebagian besar sudah satu
digit.
"Untuk bunga kredit komersial dan Usaha Kecil dan Menengah, di pasar banyak yang masih di atas satu
digit tetapi kami juga sudah mulai mengarah ke satu
digit,"ujarnya.
Sebagai informasi, BI kembali menurunkan suku bunga acuannya BI 7
days reverse repo rate sebanyak 25 bps dari semula 5 persen menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Kamis (20/10) lalu. Hal itu dipicu oleh tingkat inflasi dan nilai tukar yang terjaga.
Pelonggaran tersebut juga berlaku bagi suku bunga
deposit facility (DF) yang turun 25 bps dari 4,25 persen menjadi 4 persen, dan suku bunga
lending facility (LF) yang turun 25 bps dari 5,75 menjadi 5,5 persen yang efektif per 21 Oktober 2016.
Dengan demikian sepanjang tahun ini, BI sudah enam kali menurunkan suku bunga acuan dengan akumulasi besaran 150 basis poin. Kendati demikian, suku bunga dasar kredit perbankan rata-rata masih dua digit.
(gen)