Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjatah Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI013 sebesar Rp19,69 triliun dari penawaran sebesar Rp19,85 triliun.
Penjatahan itu lebih rendah dari target indikatif sebesar Rp20 triliun dan lebih rendah dari penjatahan seri sebelumnya, ORI012, yang mencapai Rp27,4 triliun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan menduga tak tercapainya target penjatahan ORI013 salah satunya disebabkan oleh likuiditas pasar yang ketat sementara tingkat kupon yang ditawarkan ORI013 lebih rendah dibandingkan seri sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, tingkat inflasi yang terjaga memang memberikan ruang bagi pemerintah untuk menawarkan bunga obligasi yang cenderung melandai.
“Namun, kami
happy dengan hasil ORI013. Dengan tingkat kupon yang cukup berubah dibanding tahun sebelumnya tetapi bisa mencapai Rp19,6 triliun dari target Rp20 triliun,” tutur Robert saat ditemui di Gedung Djuanda I Kemenkeu, Kamis (27/10).
“Cuma kurang Rp400 miliar bisa kami tutup dengan lelang [Surat Berharga Negara/SBN] reguler. Kalau defisit mengarah ke 2,7 persen dari Pendapatan Domestik Bruto, lelang [SBN] harusnya sampai akhir November,” tambahnya.
Sebagai pengingat, obligasi ritel dengan tenor tiga tahun ini ditawarkan dengan kupon sebesar 6,6 persen per tahun atau lebih rendah dibandingkan seri sebelumnya, ORI012, dengan kupon sebesar 9 persen.
Selanjutnya, dana hasil penjualan Obligasi Negara seri ORI013 akan dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2016.