SPNCI Siap Boyong Semua Pekerja Panas Bumi Chevron ke Jakarta

CNN Indonesia
Senin, 31 Okt 2016 08:15 WIB
Manajemen Chevron tetap menolak perundingan bipartit, meski 40 orang pekerja sudah melakukan aksi damai. Serikat pekerja mengancam akan melakukan aksi susulan.
Manajemen Chevron tetap menolak perundingan bipartit, meski 40 orang pekerja sudah melakukan aksi damai. Serikat pekerja mengancam akan melakukan aksi susulan. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta, CNN Indonesia -- Serikat Pekerja Nasional Chevron Indonesia (SPNCI) mulai kehabisan kesabaran menghadapi penolakan manajemen Chevron IndoAsia Business Unit (IBU) untuk membuat kesepakatan bipartit atas pemenuhan hak-hak pekerja, usai perusahaan melepas dua aset panas buminya di Gunung Salak dan Darajat, Jawa Barat kepada perusahaan pemenang lelang mulai tahun depan.

Ketua Umum SPNCI Indra Kurniawan menjelaskan, sebanyak 95 persen dari total sekitar 400 karyawan Chevron Geothermal Indonesia (CGI) dan Chevron Geothermal Salak (CGS) masih dilanda kegalauan. Pasalnya perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS) enggan membayarkan pesangon atas masa kerja karyawan di kedua perusahaan tersebut, dan memilih membebankan urusan itu kepada satu pemenang dari enam perusahaan peserta lelang di tahap akhir.

Indra menjelaskan, manajemen bahkan tidak juga membuka ruang negosiasi setelah Jumat (28/10) lalu sebanyak 40 orang operator yang bekerja memproduksi uap panas bumi dan listrik untuk CGS di daerah Sukabumi, menuruni gunung Salak untuk melakukan aksi damai di kantor pusat CGI dan CGS yang bertempat di Gedung Sentral Senayan 2, Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika perusahaan tidak juga membuka pintu negosiasi bipartit dengan pekerja. Indra berjanji SPNCI akan membawa lebih banyak lagi pekerja dari dua WKP tersebut untuk menyambangi kantor pusat di Jakarta.

“Tidak menutup kemungkinan aksi ini diikuti dengan turun gunungnya semua pekerja geothermal di Gunung Salak dan Darajat, apabila perusahaan berkukuh untuk melepaskan diri dari tanggung jawab,” tegas Indra, Senin (31/10).

Menurut Indra, 40 pekerja yang pekan lalu menyambangi kantor pusat memang tengah mendapat giliran libur dari perusahaan. Sehingga ia memastikan, operasional dua WKP tidak terganggu.

“Tapi kalau semuanya ikut turun, tentu saja keandalan pasokan listrik di area Jawa Barat akan terganggu,” tegasnya.

WKP Gunung Salak merupakan aset panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas maksimum 377 MW. Sementara WKP Darajat saat ini menghasilkan listrik sebesar 270 MW. Dua WKP tersebut menjadikan total aset Chevron Geothermal di Indonesia mampu memproduksi listrik sekitar 647 MW yang selama ini dijual kepada PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN (Persero) untuk didistribusikan kepada para pelanggan di Jawa Barat.

Aksi pekerja Chevron sendiri telah dimulai sejak Agustus 2016, ditandai dengan penandatanganan dukungan seluruh pekerja pada SPNCI atas segala langkah Serikat Pekerja dalam memperjuangkan hak‐hak pekerja dalam proses penjualan aset.

“Kalau kami sampai beraksi di luar pagar, hal ini menunjukan ketidakpedulian perusahaan kepada kepentingan pekerja dan juga nama baik perusahaan,” jelasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER