Bursa AS Jatuh Dihantam Sentimen Pemilu dan The Fed

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 02 Nov 2016 08:08 WIB
Indeks S&P 500 kehilangan 14,43 poin atau 0,68 persen ke level 2.111,72, persentase penurunan terbesar dalam satu hari sejak 11 Oktober.
Indeks S&P 500 kehilangan 14,43 poin atau 0,68 persen ke level 2.111,72, persentase penurunan terbesar dalam satu hari sejak 11 Oktober.(REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham di Wall Street AS melemah pada perdagangan Selasa (1/11), dengan indeks S&P 500 ditutup pada level terendah sejak 7 Juli, di tengah kekhawatiran atas pemilihan presiden AS yang akan datang dan prospek suku bunga AS yang lebih tinggi.

Seperti dilansir dari Reuters, bursa saham AS melemah setelah jatuh tajam dalam perdagangan sore usai indeks S&P 500 menembus level kunci secara teknikal.

Indeks S&P 500 kehilangan 14,43 poin atau 0,68 persen ke level 2.111,72, persentase penurunan terbesar dalam satu hari sejak 11 Oktober. Sementara indeks Dow Jones Industrial Average turun 105,32 poin atau 0,58 persen ke 18.037,1, dan Nasdaq Composite turun 35,56 poin atau 0,69 persen ke level 5.153,58.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemilihan presiden yang sengit antara Hillary Clinton dan Donald Trump telah berubah semakin ketat dalam seminggu terakhir setelah berita bahwa FBI sedang menyelidiki email lain sebagai bagian dari penyelidikan atas penggunaan sistem email pribadi oleh Clinton.

"Ada kekhawatiran posisi Trump menjadi tak terduga, karena pasar telah benar-benar menyesuaikan harga dengan kemenangan Clinton, dan sama sekali belum berpikir jika Trump menang," kata Ken Polcari, direktur O'Neil Securities di New York.

Aksi jual di saham datang usai bank sentral AS (Federal Reserve) mengadakan pertemuan kebijakan dua hari, dengan pernyataan resmi yang akan digelar pada hari Rabu.

Sementara pedagang tidak mengharapkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga seminggu menjelang pemilihan presiden. Mereka mencari tanda-tanda yang menyatakan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember.

Saham sektor real estate, telekomunikasi dan utilitas -yang cenderung berkinerja buruk jika tingkat suku bunga acuan naik- mengalami aksi jual yang masif.

"Ini benar-benar memukul imbal hasil dividen lebih sulit dari apa pun," kata Stephen Massocca, kepala investasi Wedbush Equity Management LLC di San Francisco.

"Saya tidak tahu apakah ada 'taper tantrum' yang baru yang berkembang di sini, terkait kekhawatiran The Fed akan bertindak pada bulan Desember dan kondisi tingkat suku bunga rendah akan berubah."

"Taper tantrum" adalah kondisi yang mengacu pada periode tahun 2013 ketika pasar sedang bingung dengan prospek The Fed, yang secara bertahap mengurangi program stimulus. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER