Jakarta, CNN Indonesia --
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) menyebutkan bahwa vendor booth atau rumah ATM menjadi salah satu kendala pembangunan 10 ribu anjungan tunai mandiri (ATM) yang diinisiasi oleh Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara).
"Kalau dari segi sistem, mengintegrasikan 10 ribu ATM itu cepat, tetapi masalahnya adalah vendor yang membuat rumah ATM itu terbatas," ujar Direktur Konsumer BRI Sis Apik Wijayanto seperti dilansir ANTARA, Rabu (2/11).
Untuk mengatasi kendala tersebut, BRI dan tiga bank pelat merah lainnya, PT Bank Mandiri Tbk (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) menyatakan siap mengadakan lelang demi mencari vendor-vendor baru.
Dengan demikian, target integrasi 10 ribu ATM Himbara dapat segera terlaksana pada kuartal IV 2016. Meskipun proses lelang dilakukan oleh masing-masing bank, namun desain bangunan ATM bakal diseragamkan sesuai kesepakatan Menteri BUMN Rini Soemarno dan Ketua Umum Himbara Asmawi Syam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang penting, sampai Desember 2016 nanti, 10 ribu ATM harus selesai (dibangun) dan sistemnya tersedia," ungkap Sis Apik.
Saat ini, jumlah ATM milik bank BUMN telah mencapai 55.804 unit di seluruh Indonesia. Melalui integrasi 10 ribu ATM Himbara, dipastikan tarif transfer dan tarik tunai di ATM akan turun.
Diharapkan volume transaksi masyarakat lewat ATM perbankan BUMN akan meningkat dengan penurunan tarif dan mengompensasi potensi penurunan pendapatan komisi (fee based income) perbankan.
Tercatat hingga akhir tahun lalu, saat perbankan BUMN meluncurkan Link ATM Himbara yang baru mencakup 50 jaringan mesin ATM, Himbara sudah menurunkan tarif transfer dan tarik tunai di ATM sesama anggota Himbara.
Tarif transfer saat itu menjadi Rp4 ribu per transaksi, sedangkan untuk tarif tunai di bank lain sesama anggota Himbara menjadi Rp500 per transaksi.
Penggabungan EDCSelain ATM, Himbara juga sedang mengejar target penambahan 10 ribu mesin perekam data elektronik (Electronic Data Capture/EDC) yang terintegrasi dengan keempat bank BUMN hingga akhir 2016.
Menurut Sis Apik, pengembangan penggunaan mesin EDC akan lebih mudah dilakukan oleh gerai-gerai berjaringan daripada oleh ritel.
"Chains kan gampang pendekatannya, kami bicara langsung ke pemilik nanti sekian ribu mesin EDC bisa langsung jalan, kalau ritel harus didatangi satu-satu,"katanya.
Ia menjelaskan bahwa integrasi sistem EDC akan menguntungkan bagi pihak bank dari sisi efisiensi pengadaan mesin EDC.
Integrasi ATM dan EDC link yang akan dikelola oleh perusahaan penghubung jaringan (switching) yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia ini dilakukan untuk mendukung integrasi nasional sistem pembayaran (national payment gateway/NPG) pada 2017.
Bank Indonesia mencatat mesin EDC Himbara sampai Maret 2016 sebanyak 603.226 unit atau 68,26 persen dari total keseluruhan EDC seluruh bank di Indonesia.
Jika penggabungan 10 ribu ATM dan 10 ribu EDC bisa terwujud sebelum akhir 2016, maka bank BUMN akan menyelesaikan 17,18 persen pekerjaannya untuk penggabungan seluruh ATM bank BUMN dan 1,66 persen pekerjaannya untuk penggabungan EDC bank BUMN.
(bir)