Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks S&P 500 turun pada perdagangan Rabu (2/11) untuk sesi ketujuh, pelemahan terpanjang dalam lima tahun, karena bank sentral AS (Federal Reserve) mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada bulan Desember dan pemilihan presiden AS masih tak menentu.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 77,46 poin atau 0,43 persen ke 17.959,64, S&P 500 kehilangan 13,78 poin atau 0,65 persen ke 2.097,94 dan Nasdaq Composite turun 48,01 poin atau 0,93 persen ke 5.105,57.
Adapun indeks S&P 500 ditutup di bawah level 2.100 untuk pertama kalinya sejak 7 Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir dari
Reuters, bank sentral AS mempertahankan level suku bunga, tetapi menyatakan ekonomi telah membaik dan penyerapan pekerjaan tetap solid. Hal itu menyiratkan optimisme bahwa inflasi bergerak menuju target 2 persen.
Keputusan itu secara luas sesuai dengan harapan investor, yang tidak berharap ada kenaikan suku bunga pada pertemuan ini, tetapi umumnya bersiap untuk kenaikan di bulan Desember.
Itu adalah keputusan The Fed terakhir sebelum pemilihan presiden pekan depan antara Hillary Clinton dan Donald Trump, perlombaan yang telah mengguncang pasar yang diperkirakan makin ketat dalam seminggu terakhir.
"Dengan pertemuan Fed, pada dasarnya mereka hanya bersiap untuk peningkatan pada bulan Desember. Pasar ini sekarang lebih fokus pada pemilu dan setiap indikator teknis," kata Alan Lancz, presiden perusahaan penasihat investasi Alan B. Lancz & Associates di Toledo, Ohio.
"Setiap pergeseran materi dari sana mungkin menyebabkan pelemahan bursa lebih lanjut dan penjualan teknis. Kami berada di area sekarang, di mana pasar perlu beberapa dukungan."
Di lain sisi, terdapat tanda teknis negatif bagi pasar, jumlah gabungan level terendah dalam 52-minggu di NYSE dan Nasdaq melonjak terbesar sejak Juni dan secara signifikan melebihi jumlah tertinggi baru.
Pada bulan September, Ketua The Fed Janet Yellen mengatakan bahwa kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun kemungkinan terjadi selama penyerapan kerja dan inflasi AS terus menguat.
"Pasar mungkin bertanya-tanya apakah ada cukup bukti dari ekonomi yang lebih kuat untuk menjamin kenaikan suku bunga dengan keyakinan bahwa Yellen perlu mempersiapkan strategi terkait ekonomi yang melemah," kata Quincy Krosby, Market Strategist Prudential Financial di Newark, New Jersey.