Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan kemarin, Kamis (3/11) menyusul koreksi harga saham-saham kesehatan dan teknologi serta terkena sentimen penurunan harga minyak mentah.
Selain itu, investor tampaknya masih bergulat dengan ketidakpastian terkait dengan pemilihan presiden AS pada pekan depan.
Mengutip Reuters, indeks S&P 500 jatuh untuk sesi kedelapan setelah turun 0,44 persen ke level 2.088,66. Pelemahan beruntun S&P 500 ini merupakan yang terpanjang sejak krisis 2008.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koreksi juga terjadi pada indeks Nasdaq Composite, yang melemah 0,92 persen menuju 5.058,41. Nasib serupa juga dialami oleh indeks Dow Jones Industrial Average, turun 0,16 persen menjadi 17.930,67.
Sekitar 7,4 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas rata-rata volume perdagangan harian selama 20 sesi terakhir yang sekitar 6,5 miliar saham.
Pelemahan indeks S&P 500 dan Nasdaq pada perdagangan kemarin lebih banyak karena terbebani oleh koreksi harga saham Facebook sebesar 5,7 persen, setelah perusahaan media sosial terbesar di dunia itu memberi sinyal pelambatan pertumbuhan pendapatan pada kuartal ini.
Sementara itu, investor masih terkesima dengan hasil jajak pendapat terakhir yang menunjukkan penyempitan selisih suara antara calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton dan kandidat dari Partai Republik Donald Trump .
"Mengingat fakta bahwa pemilu akan berlangsung lima hari lagi, itu lah yang membuat investor menjauhi pasar sekarang," kata Ernie Cecilia, kepala investasi dari Bryn Mawr Trust, Pennsylvania.
Tak hanya itu, investor juga masih mencerna kebijakan Bank Snetral AS pada Rabu lalu, yang mempertahankan suku bunga acuan The Fed di kisaran 0,25-0,5 persen. Hal itu membuat ekspektasi kenaikan suku bunga pada Desember semakin menguat.
Dari pasar komoditas, harga emas untuk kontrak perdagangan Desember turun 0,29 persen ke level US$1.304 per ounce. Sementara harga minyak mentah AS untuk pengiriman Desember juga turun 1,59 persen dan menyentuh harga US$44,62 per barel.
Demikian pula dengan harga minyak acuan jenis Brent, turun 1,17 persen menjadi US$46,31 per barel.
(ags)