Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali mengalami koreksi pada perdagangan hari ini, Jumat (4/11). Pelaku pasar tampaknya akan memilih untuk hati-hati dalam bertransaksi sambil mengamati perkembangn kondisi domestik dan global.
Kepala Riset First Asia Capital Indonesia David Sutyanto menuturkan, minimnya sentimen positif membuat IHSG kemungkinan kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan pekan ini. Risiko pasar justru menguat terpicu isu domestik dan eksternal, terutama terkait memanasnya politik di AS jelang pemilihan presiden. Dia memperkirakan IHSG akan bergerak pada kisaran 5.300-5.350.
"Pelaku pasar lebih banyak wait and see. Namun pemodal bisa memanfaatkan koreksi untuk mengakumulasi sejumlah saham sektoral yang mencatatkan kinerja fundamental kuat seperti di sektor telekomunikasi, konsumsi, perdagangan ritel, dan tambang," papar David melalui riset dikutip Jumat (4/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak jauh berbeda dengan David, Direktur Investa Mandiri Hans Kwee juga memprediksi IHSG akan mengalami koreksi, dengan rentang level perdagangan 5.252-5.400. Menurutnya, pelaku pasar akan melihat bagaimana aksi yang berjalan hari ini. Jika demo bersifat anarki maka otomatis dana asing akan keluar (capital outflow).
"Politik sebenarnya pengaruhnya kecil ke pasar modal, mau demo di luar sana juga nggak masalah asal jangan rusuh. Jika rusuh, Indonesia akan dicap terbelakang dan asing akan memutuskan keluar sehingga terjadi capital outflow," ucap Hans.
Namun, dia menilai emo ini sudah diantisipasi sejak awal pekan. Sehingga, kemungkinan besar aksi hari ini akan berjalan dengan damai. Apabila menilik historis, unjuk rasa yang sudah diantisipasi sejak jauh-jauh hari tak akan berlangsung anarki.
"Karena sudah bisa diekspektasi, jadi banyak antisipasi," imbuh Hans.
Sementara, dari global sendiri terdapat sentimen pilpres AS di mana berdasarkan hasi survei politik di AS suara untuk kedua kandidat calon Presiden AS bersifat imbang. Dengan demikian, terjadi kekhawatiran pelaku pasar jika Donald Trump akan memenangkan pemilu tersebut.
Adapun, harga minyak yang terus turun juga menjadi sentimen lain dari global untuk perdagangan hari ini. Harga minyak tadi malam kembali terkoreksi 1,5 persen di US$44,66 per barel.
"Penurunan harga minyak cukup banyak menekan saham-saham komoditas. Pelaku pasar memutuskan untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking) dulu di saham-saham komoditas, karena terus turun jadi mending orang keluar dulu," pungkas Hans.
(ags)