Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta memperkirakan aksi demonstrasi yang berlangsung hari ini di Jakarta berpotensi menurunkan lebih dari separuh pendapatan harian supir angkutan umum perkotaan (angkot).
"Estimasi turunnya pendapatan sekitar 60 persen," tutur Ketua Organda DKI Shafruan Sinungan melalui pesan singkat kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (4/11).
Menurut Shafruan, kempisnya pendapatan supir angkot terjadi karena armada tidak bisa beroperasi maksimal akibat pengalihan rute oleh Kepolisian Daerah dan Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta demi keamanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, masyarakat juga membatasi aktivitas di luar sehingga mengurangi permintaan jasa angkutan umum.
Di sisi lain, segelintir supir angkot mendapatkan berkah dari aksi unjuk rasa ini jika kendaraannya disewa oleh peserta demo.
"Tetapi, yang bisa dapat untung itu hanya beberapa saja, lebih banyak dampak dari tidak bisa beroperasi maksimal," ujarnya.
Pernyataan Shafruan diamini oleh Suwoto (53), supir mikrolet 12 rute Senen-Kota. Ia mengeluhkan sulitnya dapat penumpang hari ini.
"Sepi hari ini, banyak orang yang malas keluar," kata Suwoto.
Biasanya, lanjut Suwoto, dalam sehari ini bisa meraup pendapatan kotor sekitar Rp200 ribu hingga Rp250 ribu dalam setengah hari. Namun, hari ini, ia baru memperoleh Rp75 ribu setelah mengemudi selama empat jam.
"Setoran ke pemilik mobil biasanya Rp130 ribu per hari, ini baru dapat Rp75 ribu untuk setoran," jelasnya.
Seperti diketahui, sejumlah organisasi masyarakat dari berbagai kalangan berniat melakukan aksi demonstrasi pada hari ini. Aksi yang akan berpusat di Istana Negara itu menuntut agar calon Gubernur DKI Jakarta petahana Basuki Tjahaja Purnama atau yang kerap disapa Ahok diproses hukum karena dinilai melakukan penistaan agama.
(gir/gen)