Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak variatif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (7/11), imbas dari kondisi politik di Amerika Serikat (AS) yang tengah memanas menjelang pemilihan presiden (pilpres AS) 8 November besok.
Mengutip
Reuters, mayoritas perdagangan saham di Wall Street ditutup melemah pada akhir pekan. Di mana indeks Dow Jones Industrial Average turun 42,39 poin (0,24 persen) ke level 17.888,28 lalu S&P500 turun 3,48 poin (0,17 persen) ke level 2.085,18. Sementara, Nasdaq Composite turun 12,04 poin (0,24 persen) ke level 5.046,37.
Hal ini disebabkan pelaku pasar yang terkesima dengan hasil pooling yang menyatakan suara untuk calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton dan calon dari Partai Republik Donald Trump begitu ketat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untungnya, IHSG berhasil ditutup menguat pada penutupan Jumat lalu (4/11) yang naik 33,15 poin (0,62 persen) ke level 5.362 setelah bergerak di antara 5.303-5.362. Namun, dana asing yang keluar hampir mencapai Rp1 triliun, atau tepatnya Rp966,4 miliar di pasar reguler.
Menurut Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto, keluarnya dana asing tersebut disebabkan momen pemilihan presiden (pilpres) AS, sehingga membuat investor asing memutuskan untuk mengamankan dananya sementara sambil menunggu (
wait and see) hasil pilpres AS.
"Ini murni karena pilpres, mereka keluar dulu. Memang biasanya seperti itu untuk menunggu kepastiannya seperti apa," ungkap David, Jumat (4/11).
Adapun, analis OCBC Securities Budi Wibowo memprediksi pelaku pasar terus menunggu hasil pilpres AS untuk mengantisipasi kondisi pasar jika nantinya bergejolak. Jika Donald Trump menang, maka otomatis akan menjadi sentimen negatif bagi pasar modal.
“Donald Trump menang, indeks dunia terjun bebas. Donald Trump sangat konstroversial,” jelas Budi.
Namun, sikap kontroversialnya ini membuat anak muda di AS memilih dirinya karena dinilai memiliki banyak terobosan baru. Berbeda dengan Hillary Clinton yang dinilai lebih monoton dan kemungkinan besar tak akan ada banyak perubahan jika dirinya terpilih.
“Anak muda suka perubahan-perubahan, kalo Clinton ini dinilainya enggak jauh beda sama Obama, enggak ada terobosan baru, atau jika ada terobosannya ,tidak signifikan,” jelas Budi.
Dengan demikian, ia memprediksi IHSG pada perdagangan hari ini cenderung terkoreksi dengan rentang support 5.270 dan resisten 5.430. Namun, kemungkinan besar laju IHSG pada sesi pertama memiliki potensi untuk menguat imbas penutupan IHSG akhir pekan lalu yang tercatat positif.
“Karena penutupan akhir pekan lalu positif, ada imbas sedikit lah ke awal pekan sesi 1, tapi kemungkinan sesi 2 turun lagi. Intinya, untuk IHSG tidak ada sentimen global lainnya selain pilpres, sentimen itu begitu kuat,” pungkas Budi.
Berbeda dengan Budi, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya memprediksi IHSG masih tetap positif pada awal pekan. Ia memprediksi IHSG sedang menguji support di level 5.302 dengan target resisten 5.421.
Menurut William, kondisi pergerakan IHSG masih berada dalam rentang konsolidasi wajar, dimana dapat dimanfaatkan investor dalam melakukan akumulasi pembelian ditengah laju IHSG yang menurutnya masih berada dalam tren kenaikan.
"Disertai oleh kondisi perekonomian yang cukup stabil, rilis data perekonomian pekan ini akan menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi pola gerak IHSG," ungkap William dalam risetnya.
(gir/gen)