Jakarta, CNN Indonesia -- Konsumsi rumah tangga diproyeksi masih bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2016. Sejumlah analis masih optimistis akan faktor tersebut jika dibandingkan dengan faktor investasi swasta yang diprediksi masih melambat hingga akhir September.
Ekonom DBS Group Gundy Cahyadi memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III akan mencapai level 5 persen secara tahunan. Ia menilai inflasi usai Hari Raya Idul Fitri masih stabil dan terus berlanjut sehingga mendorong konsumsi masyarakat yang bisa menggerakan seluruh pertumbuhan ekonomi.
"Sementara kami sebelumnya juga khawatir tentang perlambatan signifikan dalam belanja publik, namun bantal yang disediakan oleh penerimaan amnesti pajak sudah cukup sehingga ini telah menghilangkan kekhawatiran kami. Apa yang kurang dalam ekonomi adalah investasi swasta pada saat ini," ujarnya dalam riset, Senin (7/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan investasi secara keseluruhan telah pulih, tetapi hanya pada kecepatan bertahap dan masih agak jauh dari 7-8 persen yang kita pikir."
Sementara itu Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,07 persen secara tahunan, dimana konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih berperan menjaga pertumbuhan.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 5 persen secara tahunan seiring dengan masih terjaganya daya beli masyarakat sejalan dengan tren penurunan inflasi (tingkat harga cenderung stabil).
"Hal tersebut didukung oleh penjualan ritel yang tumbuh positif serta perbaikan pertumbuhan penjualan otomotif pada 9M16. Faktor berikutnya adalah PMTB (investasi) yg diperkirakan tumbuh sekitar 5,75 persen secara tahunan seiring dengan sentimen positif mendorong inflow di pasar keuangan," jelasnya.
Selain itu juga, beberapa indikator lainnya menunjukkan perbaikan di investasi fisik seperti penjualan semen yang tumbuh 2,5 persen secara tahunan serta impor barang modal yang juga cenderung meningkat. Sementara itu, kontribusi konsumsi pemerintah melemah seiring penghematan belanja pemerintah pusat pada semester II tahun ini sehingga pertumbuhan konsumsi pemerintah diperkirakan melambat menjadi 2,5 persen secara tahunan.
"Sedangkan faktor terakhir,
net export, juga masih terkontraksi seiring masih lemahnya permintaan global sementara volume impor yang lebih tinggi dari pada volume ekspornya. Pada 2016, pertumbuhan ekonomi diperkirakan di kisaran 5,0 persen secara tahunan," ujarnya.
Proyeksi optimistis lebih ditunjukan oleh lembaga rating internasional Moody's. Dalam risetnya, Moody's memperkirakan ekonomi kuartal III bisa loncat ke 5,3 persen naik dari kuartal II yang hanya 5,1 persen. Namun Moody's mengingatkan angka ekspor Indonesia belum membaik sehingga faktor ini tidak bisa membantu banyak terhadap kenaikkan PDB kuartal III.
"Belanja pemerintah tetap kuat selama tahun lalu, sehingga harus membantu pertumbuhan PDB. Namun, ekspor terus berkontraksi, sehingga sektor eksternal kemungkinan akan menjadi hambatan pada pertumbuhan," jelasnya.
(gir/gen)