Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menjamin risiko dari hasil pertarungan dua kandidat calon Presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump, tidak akan banyak memengaruhi pasar keuangan di dalam negeri.
BI menilai dampak dari pesta demokrasi pemilihan presiden AS tersebut masih dapat dikendalikan, mengingat fundamental ekonomi domestik yang cukup baik.
"Memang, dinamika politik di AS saat ini, mendominasi kondisi risk on dan risk off, dan pergerakan harga pada berbagai aset keuangan dunia. Sehingga, gejolaknya tidak dapat dihindari dan berdampak terhadap pasar keuangan Indonesia," ujar Nanang Hendarsyah, Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia mengungkapkan, sejauh ini, dampak dari pilpres AS masih sangat terbatas. Aliran modal masuk ke pasar keuangan di dalam negeri, ia bilang, masih tetap tinggi.
Selama masa kampanye presiden AS bergulir, BI memperhatikan Indonesia menerima aliran dana asing mencapai Rp142 triliun atau menguat 5,02 persen sejak awal tahun. Aliran dana asing tersebut yang turut mendongrak cadangan devisa yang mencapai US$115 miliar per Oktober 2016.
Menurut Nanang, hal ini dikarenakan sentimen fundamental ekonomi domestik yang terus membaik, meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga melambat dibanding kuartal sebelumnya.
Pun demikian, ia optimistis, dana asing akan membanjiri pasar dalam negeri, seiring dengan masuknya dana repatriasi hasil kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).
"Cadangan devisa Indonesia yang mencapai US$ 115 miliar dapat memitigasi bila terjadi gejolak yang berkelanjutan. Namun, saya yakin, dinamika politik di AS akan temporer. Siapa pun yang terpilih pasti akan sangat memperhatikan stabilitas sistem keuangan dunia," pungkasnya.
(bir/gen)