Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang P.S. Brodjonegoro menilai kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 berpotensi meningkatkan intensitas perang AS.
Pasalnya, Trump diusung oleh Partai Republik yang memiliki kecenderungan untuk mendukung perang senjata dengan negara lain dibandingkan Partai Demokrat.
Menurut Bambang, perang yang dilakukan oleh negara adidaya, seperti Amerika Serikat (AS), biasanya dilatarbelakangi oleh kepentingan bisnis. Dalam hal ini, demi laris manisnya penjualan senjata yang dihasilkan oleh pelaku industri negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah jelas, Amerika perang itu hobi perang atau ingin perang, itu semata-mata bisnis," tutur Bambang saat menghadiri diskusi Paguyuban Mas Tentara Republik Indonesia Pelajar di Gedung Auditorium Institut Perbanas Jakarta, Sabtu (12/11).
Berdasarkan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), selama periode 2011-2015, AS merupakan pengekspor senjata terbesar di dunia dengan pangsa pasar mencapai 33 persen. Setelah itu, menyusul Rusia dengan porsi 25 persen.
“Kalau negara besar yang menginisiasi perang, tujuannya jelas, supaya industri senjatanya laku. Itu sudah jelas, tidak ada alasan lain,” ujarnya.
"Jangan sampai nanti ekonomi dunia atau kestabilan dunia terganggu karena keinginan supaya industri senjata laku," tambahnya.
Selain itu, gencarnya serangan AS ke negara lain juga bisa dipicu oleh kepentingan sektor energi. Sebagai contoh, perang di kawasan Timur Tengah yang kaya akan sumber minyak. Negara-negara di Timur Tengah merupakan pembeli terbesar senjata buatan AS.
Indonesia, kata Bambang, bukanlah negara adidaya. Karenanya, sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pembangunan negara lebih diprioritaskan untuk mensejahterakan rakyat daripada untuk menginisiasi perang senjata dengan negara lain.
Ke depan, mantan Menteri Keuangan ini berharap generasi muda membekali diri dengan pengetahuan dan keahlian guna menghadapi ‘perang’ di era globalisasi.
Di era ini, perang tidak menggunakan senjata api tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, Indonesia bisa tetap menjadi bangsa yang kompetitif dan disegani di mata dunia.