Bos Pertamina Sudahi Polemik Skema Pembangunan Kilang Bontang
Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Minggu, 13 Nov 2016 01:00 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan, pembangunan kilang tetap memakai skema awal yang telah ditetapkan pemerintah, yakni KPBU. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menampik perubahan skema pembangunan kilang di Bontang, Kalimantan Timur dari Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) menjadi penugasan kepada Pertamina.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan, pembangunan kilang tetap memakai skema awal yang telah ditetapkan pemerintah, yakni KPBU.
"Tidak ada (penugasan). Pokoknya sejauh ini skemanya adalah KPBU," tegas Soetjipto di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (11/11) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kesepakatan pembangunan kilang dengan skema KPBU, kata Soetjipto, merupakan keputusan pemerintah yang telah dibahas di tingkat rapat koordinasi sehingga Pertamina akan patuh pada keputusan tersebut.
"Kalau keputusannya memang KPBU, kita laksanakan sesuai denga yang telah diputuskan dan skema yang telah ditetapkan," imbuh Soetjipto.
Pasalnya, bagi Pertamina, hal terpenting adalah bagaimana proyek New Grass Root Refinery (NGRR) bisa dikawal oleh Pertamina dan selesai pembangunannya sesuai waktu yang telah ditargetkan pemerintah.
"Peran Pertamina bagaimana untuk mengawasi proyek itu. Tapi yang penting kita bisa mengawal apa yang terbaik untuk negara," lanjutnya.
Sekadar informasi, sebelumnya, penentuan skema pembangunan kilang Bontang sempat diributkan oleh beberapa pihak. Mulanya pemerintah menetapkan akan membangun kilang Bontang dengan skema KPBU.
Namun kemudian, Pertamina mengklaim mendapat restu dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menggarap kilang Bontang melalui penunjukkan khusus atau penugasan kepada Pertamina.
Pertamina bilang, kalau direstui menggarap kilang Bontang dengan skema penugasan, Pertamina akan mencari mitra usai Surat Keputusan dari ESDM keluar dalam tiga sampai empat bulan.
"Kami akan cari partner lagi, seperti yang kami lakukan untuk Grass Root Refinery (GRR) Tuban bersama Rosneft," ujar Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi, Selasa (8/11) lalu.
Sinyal penugasan semakin kuat kala Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan Presiden Joko Widodo ingin kilang selesai lebih cepat sehingga skema penugasan dinilai lebih manjur dibandingkan KPBU.
Adapun percepatan pembangunan kilang Bontang sesuai mimpi Presiden Jokowi diteruskan dengan memasukkan proyek tersebut ke daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Untuk diketahui, kilang Bontang dirancang dengan kapasitas mencapai 300 ribu barel per hari dengan nilai investasi sebesar US$12 miliar hingga US$15 miliar.(gen)