Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom senior yang juga mantan menteri di beberapa bidang, Emil Salim mengkritik industri perbankan nasional yang cenderung mengambil keuntungan dari spekulasi kurs yang tengah bergejolak saat ini.
Hal itu tercermin dari banyaknya bank yang justru terlibat dalam pembiayaan aktivitas ekonomi yang sifatnya spekulatif sehingga memperparah situasi ekonomi.
"Saat kurs bergejolak, banyak perbankan yang ramai-ramai menyalurkan kredit untuk jual beli kurs. Tapi justru itu menambah spekulasi. Itu sangat bertentangan dengan konsep pembiayaan yang berkelanjutan," ujar Emil dalam sebuah seminar, Selasa (15/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emil memang terkenal sebagai ekonom yang aktif mengusung konsep pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing), yang fokus pada penciptaan keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan.
Menurut Emil, seharusnya lembaga keuangan seperti bank memiliki peran untuk menciptakan ekonomi yang adil dan tidak hanya menguntungkan satu pihak semata. Ia juga mengkritik perbankan yang mengejar keuntungan dari pertumbuhan volume kredit dengan mengabaikan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Tak jarang, katanya, perbankan terlibat dalam pembiayaan proyek-proyek yang dinilai berkontribusi langsung terhadap kerusakan lingkungan.
"Yang saya khawatir cara pikir ini belum terjadi di pola pikir para direksi bank, padahal yang seharusnya keuntungan bank itu dipakai untuk membiayai kredit yang menguntungkan sesama," ujarnya.
Ia pun mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memprakarsai konsep pembiyaan yang berkelanjutan dan tidak bersifat destruktif. "Tugas OJK adalah harus membentuk kriteria baru atau klasifikasi bank dalam menyalurkan kredit sehingga bank tidak hanya profit oriented," ujarnya.
(ags)