Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis perolehan dana dari program pengampunan pajak (tax amnesty) akan mendorong pertumbuhan kredit perbankan tembus 11 persen pada tahun 2017 mendatang.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengungkapkan, dana repatriasi yang masuk ke Indonesia melalui perbankan berpotensi menambah tebal likuiditas bank.
"Dana dari amnesti pajak ini bisa men-drive (mendorong) dana yang cukup besar," ujar Nelson, Senin (14/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambah lagi, berbagai paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah diprediksi mulai berdampak tahun depan. Hingga saat ini, pemerintah tercatat telah menerbitkan 14 paket kebijakan ekonomi.
"Kalau saya melihatnya, dampak dari paket kebijakan ekonomi itu akan terasa setelah sekian waktu. Saya berharap, tahun depan akan kelihatan," terang dia.
Faktor lain yang menopang pertumbuhan kredit perbankan di tahun depan adalah harga kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang terus mendaki. Lewat kenaikan harga CPO, maka kinerja keuangan dari perseroan yang bergerak dalam industri perkebunan ikut terdongkrak.
Ujung-ujungnya, kemampuan perseroan untuk ekspansi usaha, dan mengajukan kredit semakin meningkat.
"Nah, kalau trennya berlanjut, tentunya tahun depan mestinya bisa lebih baik dari tahun ini. Tantangan memang selalu ada. Tetapi, saya lihat pemerintah selalu menjawab tantangan-tantangan itu. Apalagi, dengan kehadiran Menteri Keuangan yang baru," imbuh Nelson.
Sayangnya, penyaluran kredit perbankan tahun ini diproyeksi melambat. OJK menduga, pertumbuhannya hingga akhir tahun berkisar 7-9 persen. Adapun, hingga kuartal ketiga, kredit perbankan secara bulanan hanya meningkat 1,58 persen. Dari sisi likuiditas bank, tingkat likuiditas perbankan saat ini terbilang longgar.
"Untuk tahun depan, ya kami bersyukur amnesti pajak cukup berhasil. Saya melihatnya, faktor itu menjadi modal awal kami untuk menghadapi kondisi likuiditas tahun depan," pungkasnya.
(bir)