Jakarta, CNN Indonesia -- Fluktuasi harga minyak berlanjut menyusul ketidakpastian Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) membatasi produksi. Kemarin, Rabu (16/11), harga minyak mentah kembali melemah setelah Amerika Serikat melaporkan peningkatan 7,7 persen persediaan minyak mentahnya.
Di bursa komoditas AS, New York Mercantile Exchange, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun US$0,24 menjadi menjadi US$45,57.
Sementara di London ICE Futures Exchange, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari turun US$0,32 menjadi US$46,63 per barel
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan, persediaan minyak mentah AS (tidak termasuk Cadangan Bahan Bakar Minyak Strategis) bertabah 5,3 juta barel pada pekan lalu, menjadi 490,3 juta barel. Persediaan itu naik 7,7 persen dibandingkan dengan posisi periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menyatakan kesediaan negaranya untuk mendukung kesepakatan pembekuan produksi OPEC. Untuk memastikan hal ini, Pemerintah Rusia dan Arab Saudi dikabarkan akan melakukan pertemuan.
Analis mengatakan tren harga minyak mudah berubah karena para investor mempertimbangkan ekspektasi pembekuan produksi terhadap melonjaknya persediaan minyak AS. Volatilitas harga tersebut akan meningkat menjelang pertemuan lanjutan OPEC dalam waktu dekat.
OPEC mencapai kesepakatan awal pada 28 September guna mengekang produksi minyak untuk pertama kalinya setelah krisis keuangan global pada 2008. Kesepakatan itu dibuat dalam upaya mengurangi banjir minyak mentah yang telah menekan harga minyak selama lebih dari dua tahun.
Namun demikian, tingkat produksi untuk masing-masing negara anggota akan diputuskan pada pertemuan yang akan dilaksanakan pada 30 November di Wina, Austria.
(ags)