Jakarta, CNN Indonesia -- Bahana Securities memangkas target indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini menjadi berada di level 5.200 poin, dari sebelumnya 5.600 poin. Revisi turun tersebut seiring dengan pelemahan nilai tukar yang berdampak pada IHSG.
"Dengan melemahnya nilai tukar, perkiraan IHSG pun tidak luput dari koreksi ke bawah. Tadinya Bahana memperkirakan indeks akan berada pada level 5.600 pada akhir tahun ini, namun karena kegaduhan di pasar global dan situasi politik yang masih menghantui pasar domestik, indeks mungkin hanya akan berada dikisaran 5.200 poin," ujar Kepala Riset dan Kebijakan Strategis Bahana Securities Harry Su, seperti diberitakan ANTARA, Senin (21/11).
Adapun, untuk tahun 2017 mendatang, ia mengemukakan, indeks BEI diprediksi hanya akan berada di kisaran 5.900 poin. Angka itu juga sudah menyusut jika dibandingkan sebelumnya, yaitu berkisar 6.600 poin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menahan sentimen eksternal itu, menurut dia, Indonesia diharapkan dapat menjaga konsumsi rumah tangga, karena masih menjadi motor penggerak utama perekonomian di dalam negeri.
"Sebenarnya, Indonesia sudah memiliki fondasi yang kuat dengan ekonomi yang tumbuh stabil 5 persen, saat ekonomi negara-negara lain masih lesu. Sehingga, meski nantinya Trump merealisasikan janji kampanyenya yang akan lebih melindungi produksi dalam negeri AS, Indonesia masih bisa tumbuh dari konsumsi rumah tangga," katanya.
Apalagi, menurut Harry Su, kalau pemerintah bisa fokus membenahi serapan anggaran khususnya untuk infrastruktur, maka dua hal itu sudah bisa menjadi senjata pamungkas atas kekhawatiran pasar pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS lalu.
Di sisi lain, lanjut dia, keamanan politik juga tidak bisa diabaikan, pemerintah harus bisa menciptakan iklim politik yang kondusif untuk membuat investor kembali percaya berinvestasi di Indonesia.
"Bagi investor asing, kestabilan politik menjadi isu penting dalam melakukan investasi," tegas Harry.
Ia menambahkan, reformasi pajak masih harus terus dilanjutkan untuk menurunkan corporate tax rate, sehingga Indonesia bisa lebih kompetitif ketimbang Singapura.
Sekadar informasi, saat ini, corporate tax rate Indonesia sekitar 25 persen, dengan reformasi pajak diharapkan level ini bisa turun ke kisaran 17-18 persen. Sehingga, meskipun nominalnya turun, namun volumenya akan tumbuh yang pada akhirnya penerimaan pajak tetap akan naik.
(bir)