BI Antisipasi Peluang The Fed Kerek Suku Bunga Acuan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 23 Nov 2016 12:43 WIB
Kebijakan menahan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo di level 4,25 persen merupakan salah satu respon BI terhadap ketidakpastian global.
Bank Indonesia (BI) mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau fed rate pada awal tahun depan. Salah satu respon BI terhadap ketidakpastian global adalah dengan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau fed rate pada awal tahun depan. Kebijakan ini yang disinyalir akan ditempuh oleh Donald Trump, presiden terpilih AS saat menduduki kursi sebagai orang nomor wahid pada Januari 2017.

Trump mengklaim, akan menerapkan kebijakan protektif terhadap perekonomian AS, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonominya, dan menaikkan inflasi Negeri Paman Sam.

"Kalau sebelumnya, kami perkirakan Desember 2017 (suku bunga AS) naik sekali, lalu naik dua kali di tahun depan. Bisa saja, kalau memang outlook inflasi Amerika lebih baik di tahun depan, misalnya naik tiga kali," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, Rabu (23/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Mirza, gambaran kebijakan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) tahun depan makin jelas terbaca pada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan digelar pada 13-14 Desember 2016 mendatang.

"Januari nanti juga akan kami lihat bagaimana analisa-analisa The Fed. Kemudian, nanti kami akan kita lihat susunan kabinet Trump seperti apa, menteri keuangan seperti apa, menteri luar negari seperti apa, pidato Trump di awal tahun nanti seperti apa lantaran itu akan berpengaruh kepada kebijakan Trump," kata Mirza.

Keresahan pelaku pasar menanti kenaikan fed fund dan kebijakan Trump tercermin dari gejolak di pasar modal dan keuangan dalam beberapa waktu terakhir. Pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat amblas menembus level Rp13.800 per dolar AS seiring dengan penguatan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang negara-negara di dunia.

Meskipun masih diliputi ketidakpastian, Mirza meminta, masyarakat santai dan tidak perlu panik. Pasalnya, volatilitas di pasar keuangan dan modal hanya sementara. "Mudah-mudahan lewat dari Januari 2017 sudah reda. Sehingga, dunia usaha bisa melakukan ekspansi, kredit bisa mengucur lebih deras, restrukturisasi kredit debitur oleh perbankan juga sudah selesai," terang dia.

Sebagai respon BI atas ketidakpastian global, Rapat Dewan Gubernur BI pertengahan bulan ini memutuskan menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo di level 4,25 persen.

Di samping itu BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar persen dan Lending Facility (LF) 5,5 persen. "Periode ini adalah periode mencermati, tapi kan suku bunga acuan sudah turun banyak. 4,75 persen itu rendah loh," imbuh Mirza.

Asal tahu saja, The Fed mempertahankan fed fund di rentang 0 – 0,25 persen selama tujuh tahun, mulai Desember 2008 hingga Desember 2015. Setelah itu, The Fed menaikan fed funt sebesar 25 basis poin ke level 0,25 – 0,50 persen dan berlaku hingga kini.

Kebijakan moneter akomodatif itu dipertahankan guna mendorong pertumbuhan pasar tenaga kerja dan mencapai target inflasi sebesar 2 persen. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER