BI Manfaatkan SBN Secara Penuh di 2024

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 23 Nov 2016 09:19 WIB
Saat ini, pemanfaatan SBN dalam kebijakan moneter baru mencapai 50 persen. Salah satunya, yakni penggunaan SBN sebagai underlying transaksi repo antar bank.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, bank sentral menargetkan optimalisasi SBN dalam kebijakan moneter mencapai 100 persen pada tahun 2024 mendatang. Saat ini, pemanfaatan SBN baru sekitar 50 persen. (REUTERS/Beawiharta).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) secara bertahap akan menghapus salah satu instrumen kebijakan moneternya, yakni Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kemudian, BI akan menggantinya dengan memanfaatkan Surat Berharga Negara (SBN) di setiap transaksi moneternya.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, bank sentral menargetkan optimalisasi SBN dalam kebijakan moneter mencapai 100 persen pada tahun 2024 mendatang.

Ia menuturkan, saat ini, pemanfaatan SBN dalam kebijakan moneter baru mencapai 50 persen. Pemanfaatan tersebut salah satunya, yakni penggunaan SBN sebagai underlying transaksi repo antar bank.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebih dari 50 persen kegiatan kami, yang menggunakan underlying asetnya sudah menggunakan SBN," ujarnya usai menghadiri pertemuan tahunan BI, Selasa (23/11) malam.

Kendati demikian, Agus memastikan, SBI dengan varian tenor pendek akan tetap ada dan masih bisa digunakan sebagai underlying transaksi moneter jangka pendek. Hanya saja, SBI dengan tenor jangka panjang akan sepenuhnya digantikan oleh SBN.

"Kami meyakini ini akan membuat semakin efisien," terang mantan Menteri Keuangan tersebut.

Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut baik langkah BI dalam arah kebijakannya. Ia mengatakan, pemerintah khususnya Kementerian Keuangan bersama BI terus melakukan koordinasi dan sinkronisasi, sehingga proses transisi berjalan lancar.

"Kalau dari volume instrumen jangka pendek itu bagi pemerintah juga menguntungkan, karena berarti bisa mendapatkan suku bunga yang lebih rendah," imbuhnya.

Sri Mulyani menambahkan, proses transisi akan dilakukan secara bertahap dan perlahan. "Ada risiko seperti revolving itu tetap bisa dijaga, terutama dari sisi kehandalan pemerintah dan BI mengelola dinamika market."

Diharapkan, kemampuan pengelolaan SBN oleh pemerintah dapat diterima oleh pasar. Begitu pula risiko yang ada, dapat dikelola dengan baik. Ia memahami kebutuhan BI yang akhirnya memerlukan SBN sebagai instrumen dalam operasi moneternya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER