Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura I (Persero) menunda kembali pengumuman lelang pekerjaan pengembangan bandara Syamsuddin Noor di Banjarmasin.
Direktur Utama AP I Danang S. Baskoro menjelaskan, penundaan pengumuman pemenang sampai akhir tahun ini disebabkan proses pembebasan lahan yang belum juga selesai. Proses dari pembebasan lahan sendiri akan disesuaikan dengan peraturan yang ada agar tak berujung masalah nantinya.
“Penundaan itu karena proses lahan, biasalah gugat menggugat. Jadi nanti semua dikembalikan kepada aturan pengadaan tanah publik melalui pengadilan,” ungkap Danang, Senin (28/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, manajemen AP I berencana mengumumkan pemenang pada September lalu. Namun, perseroan menunda untuk mengumumkannya pada bulan ini karena masalah yang sama. Sayangnya, perseroan kembali menunda untuk mengumumkan pemenang lelang hingga bulan depan terkait adanya proses pembebasan lahan yang belum juga selesai.
Proyek dari pengembangan bandara Syamsuddin Noor ini bernilai Rp900 miliar. Nantinya, dana tersebut akan digunakan untuk pengerjaan infrastruktur, bangunan penunjang, dan perluasan apron.
Dalam lelang ini, ada lima perusahaan kontraktor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu perusahaan kontraktor lokal. Dengan diundurnya pemenang lelang tersebut, perseroan memperkirakan bisa memulai pengembangan bandara pada 2017 dari sebelumnya pada Desember tahun ini.
Bandara YogyakartaSementara itu, pembebasan lahan untuk pengembangan bandara baru Yogyakarta ditargetkan rampung pada akhir bulan ini. Perseroan sendiri menyiapkan dana hingga Rp4,1 triliun untuk pembebasan lahan tersebut, tetapi saat ini baru terealisasi Rp2,5 triliun. Nantinya, bandara tersebut akan dibangun dengan kapasitas 15 juta penumpang dengan pembangunan yang bertahap.
“Sekarang lagi pembebasan lahan, mudah-mudahan bulan ini selesai bebas lahan. Kemudian kami bikin desain segala macem, abis itu tahun depan Insya Allah mulai pekerjaan persiapan,” ucap Direktur Keuangan dan Teknologi dan Informasi AP I Novrihandri, secara terpisah.
Pembangunan bandara baru di Yogyakarta ini, jelas Novrihandri, tak akan mematika bandara Yogyakarta yang lama, yaitu Bandara Adisutjipto.
Pembangunan dari bandara baru di Yogyakarta ini dilakukan karena kapasitas di Bandara Adisutjipto sudah melampaui batas. Di mana, kapasitas penumpang sudah mencapai 6,4 juta-6,7 juta per tahun. Padahal kapasitas maksimal hanya 1,5 juta-2 juta per tahun.
Sebagai informasi, perseroan menyiapkan belanja modal (
capital expenditure/capex) sebesar Rp8,2 triliun untuk dibelanjakan tahun depan. Dana tersebut berasal dari obligasi dan sisanya akan dicari dengan melakukan sinergi dengan BUMN lain. Sinergi tersebut akan dilakukan dalam bentuk
strategic partnership.
“Belanja modal dari obligasi, kemudian ada sinergi BUMN. Jadi dengan BUMN kami akan melakukan
strategic partnership," ungkap Novrihandri.
(gen)