Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura I (Persero) mematok tingkat bunga atau kupon sebesar 7,45 persen-8,85 persen untuk penerbitan surat utang (obligasi) dan sukuk dengan target raupan total Rp3 triliun.
Menurut Direktur Utama AP I, obligasi I ini diterbitkan dalam tiga seri. Pertama, obligasi Seri A dengan tingkat bunga sebesar 7,45 persen-8,2 persen per tahun dengan jangka lima tahun sejak tanggal emisi.
Kedua, obligasi Seri B dengan tingkat bunga sebesar 7,95 persen-8,7 persen per tahun dengan jangka tujuh tahun sejak tanggal emisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang ketiga, obligasi Seri C yang ditawarkan dengan tingkat bunga sebesar 8,1 persen-8,85 persen per tahun dalam jangka waktu 10 tahun," katanya, Senin (17/10).
Selain itu, AP I juga menerbitkan sukuk ijarah I dengan total nilai yang ditawarkan sebesar Rp500 miliar. Sama halnya dengan obligasi, sukuk ijarah ini juga diterbitkan dalam tiga seri.
Pertama, Seri A memiliki jangka waktu lima tahun dengan indikasi tingkat bagi hasil sukuk ijarah sebesar 7,45 persen - 8,2 persen pertahun. Kemudian, Seri B dengan indikasi tingkat bagi hasil sukuk ijarah sebesar 7,95 persen-8,7 persen pertahun, dan Seri C sebesar 8,1 persen - 8,85 persen per tahun.
Kedua aksi korporasi ini telah mendapatkan peringkat idAAA dan idAAAsy dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO). Adapun, AP I telah menunjuk PT Bahana Securities, PT BCA Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi.
Nantinya, 75 persen dari dana perolehan tersebut akan digunakan untuk pengembangan lima bandara yaitu, Bandara Baru Yogyakarta, Bandara Ahmad Yani, Bandara Syamsudin Noor, Bandara Juanda, dan Bandara Sultan Hasanuddin. Sementara, sisanya 25 persen digunakan untuk investasi rutin.
Direktur Teknik AP I Polana B. Pramesti menyatakan, kelima bandara tersebut ditargetkan paling tidak selesai pada 2019 untuk tahap pertama dengan total nilai investasi Rp39 triliun.
Untuk Bandara Baru Yogyakarta sendiri dibutuhkan dana sebesar Rp9 triliun. Hingga saat ini, bandara baru Yogyakarta tersebut masih dalam proses pembebasan lahan, terutama lahan di Paku Alam. AP I sendiri mengalokasikan dana untuk pembebasan lahan sebesar Rp4,1 triliun, tetapi saat ini baru terserap Rp2,1 triliun.
"Terakhir tinggal tanah Paku Alam. Jadi pindah nanti Bandara Adisutjipto ke situ. Nanti yang di Adisutjipto mungkin bisa untuk penerbangan private jet," ungkap Polana.
Sementara, untuk Bandara di Semarang dibutuhkan sebesar Rp2,1 triliun, Banjarmasin Rp2,3 triliun, Surabaya Rp9 triliun, dan Makassar Rp3 triliun.
"Ini diharapkan selesai hingga 2019, tapi kemungkinan beberapa akan masih terus konstruksi pada 2020," imbuhnya.
Selain itu, perusahaan sendiri tengah mengoptimalkan pendapatan non-aeronautika, seperti pendapatan dari konsesi, penyewaan, dan pergudangan, serta melalui entitas anak yang menunjang pengelolaan bandara dan aset-aset yang dimiliki AP I.
"Jadi AP I sedang mengurangi ketergantungan pendapatan dari aeronautika dengan mengoptimalkan pendapatan non-aeronautika," ucap Direktur Keuangan dan Teknologi dan Informasi AP I Novrihandri, secara terpisah.
Hingga Juni 2016 ini, komposisi pendapatan aeronautika terhadap pendapatan usaha tercatat turun menjadi 58,88 persen dari sebelumnya pada 2011 sebesar 76,67 persen, sedangkan komposisi pendapatan non-aeronautika naik menjadi 41,12 persen dari sebelumnya pada 2011 sebesar 23,33 persen.
(gir/ags)