OJK: 90 Persen Dana Repatriasi Mengendap di Bank

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Selasa, 29 Nov 2016 18:02 WIB
Saat ini, dana repatriasi yang telah dihimpun baru sekitar 35 persen dari komitmen yang harus masuk sebelum akhir tahun, yakni Rp140 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir tidak kurang dari 90 persen dana repatriasi hasil pelaksanaan program pengampunan pajak (tax amnesty) mengendap di bank. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melansir tidak kurang dari 90 persen dana repatriasi hasil pelaksanaan program pengampunan pajak (tax amnesty) mengendap di bank. Adapun, dana repatriasi yang berhasil dijaring pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tercatat sebesar Rp50 triliun.

Berdasarkan data OJK, saat ini, dana repatriasi yang telah dihimpun baru sekitar 35 persen dari komitmen repatriasi yang harus masuk sebelum pergantian tahun, yakni sebesar Rp140 triliun.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, 90 persen dana repatriasi masih diparkir di perbankan. Sementara sisanya, tersebar di pasar modal dan lembaga jasa keuangan non bank lainnya. "Mayoritas diparkir di bank, terutama dalam bentuk deposito," ujarnya, Selasa (29/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, Muliaman mengatakan, kesempatan untuk membawa pulang dana tax amnesty periode I masih terbuka hingga akhir tahun nanti. Ia optimistis, kehadiran dana repatriasi dapat membantu kondisi likuiditas di pasar keuangan, khususnya di sektor perbankan.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida meramal, aliran dana repatriasi ke pasar modal baru bisa dinikmati secara optimal pada awal tahun depan. Pasalnya, saat ini para Wajib Pajak (WP) masih fokus dengan upaya memindahkan aset dari luar ke dalam negeri dengan mudah, sehingga belum berorientasi untuk mengejar untung.

"Saat ini, masuknya (dana repatriasi) di produk perbankan dan memang kelihatannya masih proses untuk masuk dulu. Setelah itu, barulah mereka berpikir mengenai imbal hasil (yield). Kemudian, perkiraan saya setelah masuk baru dana itu bisa menghasilkan return (hasil investasi)," terang Muliaman.

Menurut dia, berdasarkan hasil diskusi para bankir dengan nasabahnya, investor akan secara perlahan mengalihkan dana repatriasinya dari bank ke sejumlah instrumen pasar modal yang dianggap lebih likuid dan memiliki imbal hasil yang menarik, seperti reksa dana maupun obligasi. Tetapi, hal ini belum akan dilakukan investor dalam waktu dekat ini.

"Kelihatannya akan ada di produk-produk yang sudah cukup dikenal selama ini. Dari hasil diskusi bank persepsi dan nasabahnya, yaitu produk yang likuid dan memiliki secondary market, seperti reksa dana pasar uang, reksa dana fix income di mana dari sisi pasar uang lebih likuid dan risiko lebih minim dibandingkan reksadana saham," imbuhnya.

Adapun, untuk instrumen Dana Investasi Real Estate (DIRE) diprediksi tidak akan selaris instrumen investasi lainnya.

"Walaupun kami juga menyediakan DIRE, itu mungkin tipikal investor tertentu akan masuk ke sana. Tetapi, kalau investor yang masih membutuhkan secondary market yang besar, mereka masih berpikir dulu buat masuk ke sana karena memang jumlahnya di Indonesia masih kecil," pungkasnya. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER