Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak merosot hampir 4 persen pada hari Selasa (29/11) waktu Amerika Serikat (AS) pasca munculnya ketidaksepakatan antara negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atas wacana pemangkasan produksi demi meningkatkan minyak.
Iran dan Irak dikabarkan bertentangan dengan Arab Saudi sehari jelang pertemuan antar anggota di Wina, Austria pada Rabu (30/11) ini.
Harga Brent futures LCOc1 turun US$1,86 per barel, atau 3,9 persen ke angka US$46,38 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediates (WTI) turun US$1,85, atau 3,9 persen ke angka US$45,23 per barel. Angka ini merupakan persentase penurunan harga terdalam sejak September lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari
Reuters, sejumlah analis percaya bahwa anggota-anggota OPEC akan satu suara untuk membatasi produksi di pertemuan yang dijadwalkan pukul 10 pagi waktu setempat (17.00 WIB).
Tetapi, Irak dan Iran, selaku negara produsen terbesar kedua dan ketiga OPEC, terlihat menolak tekanan dari Arab Saudi, selaku pemimpin de facto kartel minyak tersebut. Hal ini membuat kesepakatan makin terlihat sulit mencapai kata mufakat.
Dokumen yang dipersiapkan untuk pertemuan itu adalah persetujuan untuk mengurangi peoduksi sebesar 1,2 juta barel per hari dari angka produksi Oktober yang mencapai 33,82 juta barel per hari. Angka ini lebih tinggi 1 juta barel dibanding jumlah yang dideklarasikan pada pertemuan September lalu.
Importir minyak di benua Asia, yang merupakan konsumen terbesar OPEC, mengaku akan kecewa jika pemotongan produksi jadi meningkatkan harga minyak. Jika itu terjadi, mereka bersiap mencari suplai minyak di luar OPEC.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 717 ribu barel pada pekan lalu sesuai laporan American Petroleum Institute. Sedangkan persediaan di hub minyak futures di Cushing, negara bagian Oklahoma meningkat 2,4 juta barel.