Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan penjualan sepeda motor sepanjang tahun ini memang belum menunjukkan angka yang memuaskan. Kendati demikian, angka kepemilikan sepeda motor dalam kurun waktu delapan tahun terakhir menjadi cerminan masih menariknya bisnis pembiayaan kendaraan bermotor roda dua di masa yang akan datang.
Salah satu perusahaan pembiayaan, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, pun masih optimistis tahun depan bisnis penjualan sepeda motor masih akan berbuah manis. Kondisi infrastruktur transportasi umum yang tersedia masih belum dapat menunjang tingkat mobilitas masyarakat, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga sepeda motor dinilai masih menjadi alat transportasi yang menarik.
Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengungkapkan, sepeda motor juga digunakan untuk kegiatan produktif, seperti sektor mikro dan UKM, sementara sisanya dipakai untuk keperluan transportasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Made memprediksi, penjualan sepeda motor domestik mengalami tekanan dalam dua tahun terakhir, namun diperkirakan akan mulai pulih pada 2017. Pada 2017 mendatang, penjualan motor perkirakan akan mencapai 6,6 juta, naik dari tahun ini 6 juta dan pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 7,1 juta.
Penjualan sepeda motor baru diperkirakan akan tumbuh single digit dalam tiga tahun ke depan, mengingat tingkat penetrasi yang sudah cukup tinggi. "Karenanya, kami akan banyak menggenjot pembiayaan kendaraan passenger atau komersial serta kendaraan bekas, kalau tidak akan sangat susah sekali mengatur profitabilitas kami," ujar Made, Rabu (30/11).
Ia menuturkan, portofolio pembiayaan kendaraan roda dua dan roda empat juga tidak jauh bergeser. Tahun lalu, pembiayaan motor dan mobil masing-masing memiliki porsi 50 persen. Saat ini, pembiayaan motor turun menjadi 48 persen. Sisanya, pembiayaan mobil sebesar 51 persen.
Kuartal III 2016, perusahaan pembiayaan dengan logo warna kuning ini membukukan total pembiayaan Rp 22,1 triliun. Dari angka tersebut, porsi pembiayaan motor baru paling dominan, yaitu sebesar 38 persen dari total portofolio. Sementara, pembiayaan motor bekas hanya sebesar 19 persen.
"Selain itu, adapula pembiayaan mobil baru sebesar 23 persen dari total portofolio dan 18 persen merupakan pembiayaan mobil bekas. Sisanya sebesar 2 persen dialokasikan untuk pembiayaan durable goods," terang Made.
Tahun Depan Masih BeratTahun depan, Made melihat perekonomian masih dibayangi oleh tekanan. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih tertahan sekitar 5 persen. Proyeksi pertumbuhan ini masih cenderung datar jika dibandingkan dengan outlook tahun 2016 yang juga sekitar 5 persen.
"Kondisi yang masih dibayangi tekanan ini akan membuat kegiatan usaha di Indonesia tumbuh terbatas," imbuhnya.
Dari sisi global, lanjut Made, potensi kenaikan tingkat suku bunga The Fed terus membayangi sektor keuangan dalam negeri. Dalam upaya untuk menjaga likuiditas dalam negeri, ia memperkirakan kemungkinan besar regulator akan menaikkan suku bunga acuan.
"Kenaikan suku bunga acuan dan kondisi likuiditas ini akan mendorong kenaikan- kenaikan biaya dana (cost of fund), sehingga berpotensi menggerus profitabilitas perusahaan multifinance," jelasnya.
Untuk tetap menjaga profitabilitas, Adira Finance juga melihat prospek pembiayaan kendaraan komersial akan sedikit bergerak tumbuh seiring dengan optimisme penigkatan angka investasi.
"Kalau angka investasi meningkat penjualan alat berat baru juga bisa meningkat. Nah, penjualan kendaraan komersial ini yang diperkirakan bisa ikut menggerakan aktivitas ekonomi," pungkasnya.
(bir/gen)