Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai status non-aktif sementara (
temporary suspend) keanggotaan Indonesia dalam OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak) tidak akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
"Tidak akan besar dampaknya, karena memang peranan produksi minyak kita untuk internasional tidak terlalu banyak," ujarnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (1/12).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, realisasi produksi minyak Indonesia mencapai 834.203 barel per hari (bph) per Oktober 2016 atawa lebih tinggi dari target tahun ini, yaitu 820 ribu bph.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dibandingkan dengan total produksi negara OPEC yang sebesar 33,8 juta bph, itu berarti kontribusi Indonesia hanya sekitar 2,5 persen.
Kalau keanggotaan Indonesia tetap aktif di OPEC, berarti Indonesia bisa ikut berunding dan bekerja sama dengan para anggota OPEC. "Tetapi, kalau kita di luar OPEC, tidak banyak bedanya sebenarnya," terangnya.
Pun demikian, Darmin bilang, pemerintah akan menanti seberapa berhasil kesepakatan OPEC untuk menurunkan produksi minyak hingga sebesar 1,2 juta bph. Pasalnya, hal ini akan mendongkrak harga minyak mentah dunia.
"Seberapa besar kenaikan harganya? Ya, bergantung bagaimana Rusia yang bukan anggota OPEC, bagaimana yang lain-lain yang bukan anggota OPEC bereaksi," ungkapnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengaku, Indonesia tidak bisa mengamini permintaan OPEC untuk memotong sekitar 5 persen dari produksinya atau sekitar 37 ribu bph.
Pasalnya, ruang penurunan produksi minyak mentah tahun depan hanya sebesar 5 ribu bph, mengingat target produksi minyak tahun depan sebesar 815 ribu bph atau lebih rendah dari target tahun ini 820 ribu bph.
Selain itu, sebagai negara net importer minyak (
crude oil), kebijakan pemotongan kapasitas produksi tentu tidak menguntungkan bagi Indonesia. Karena, harga minyak secara teoritis akan naik. Di sisi lain, pemerintah juga ingin menggenjot penerimaan.
Sebagai informasi, Indonesia tercatat sudah dua kali membekukan keanggotaannya di OPEC. Pembekuan pertama pada 2008 yang efektif berlaku 2009. Indonesia memutuskan kembali aktif sebagai anggota OPEC baru awal tahun ini.
(bir/gen)