Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 per akhir November 2016 ada di kisaran 2,4 hingga 2,5 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Jika dibandingkan target defisit dalam APBN-P 2016 yang sebesar Rp296,7 triliun atau 2,35 persen dari PDB, maka realisasi defisit per akhir bulan lalu telah melampaui target. Namun, pemerintah sebelumnya telah memperkirakan akan ada pelebaran defisit hingga 2,7 persen dari PDB pada akhir tahun.
"Defisit APBN per akhir November sekitar 2,4-2,5 persen dari PDB, tetapi masih lebih rendah dari defisit pada periode yang sama tahun lalu," tutur Direktur Jenderal Anggaran Askolasi melalui pesan singkat kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (8/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Defisit terjadi karena pengeluaran belanja pemerintah melampaui pendapatan negara. Dalam Undang-undang Keuangan Negara, defisit APBN konsolidasi tidak boleh lebih dari 3 persen dari PDB.
Sebagai upaya pengendalian defisit, tahun ini pemerintah telah memangkas belanja negara dua kali. Pertama sebesar Rp50 triliun kemudian sebesar Rp137,6 triliun. Hal itu dilakukan karena pendapatan negera diproyeksikan bakal shortfall sebesar Rp219 triliun di akhir tahun.
Melesetnya target pendapatan disebabkan oleh perlambatan ekonomi global dan masih belum pulihnya harga komoditas.
Askolani menuturkan, realisasi belanja pemerintah pusat per akhir November telah mencapai Rp967 triliun atau sekitar 74 persen dari target APBN-P 2016, Rp1.306,7 triliun. Belanja itu terdiri belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar Rp548 triliun atau 71,4 persen dari target Rp767,8 triliun dan belanja non-K/L sebesar Rp419 triliun atau 77,7 persen dari target Rp538,9 triliun.
Dengan realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa per akhir November yang telah mencapai Rp671,1 triliun, realisasi belanja negara telah mencapai Rp1.638,1 triliun atau 78,64 persen.
Dari sisi pendapatan negara, realisasinya di kisaran Rp1.300 triliun dimana Rp965 triliun diantaranya berasal dari penerimaan pajak dan Rp129 triliun berasal dari penerimaan bea dan cukai.
Hingga akhir tahun, Askolani memperkirakan defisit anggaran negara masih akan sesuai prognosa yaitu 2,7 persen PDB. Bahkan, Askolani melihat peluang realisasi defisit anggaran akan lebih rendah dari prognosa awal.
"Defisit akhir tahun untuk sementara sekitar 2,7 persen bahkan mungkin bisa di bawah," kata Asko saat ditemui di Hotel JW Marriot, kemarin.
(gir/gen)