Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menjamin kondisi likuiditas perbankan jelang akhir tahun masih terjaga, meskipun terjadi akselerasi penyerapan belanja negara meningkat. Diharapkan, jaminan ini memberi angin segar bagi industri perbankan sejalan dengan resiko ketatnya likuiditas karena melonjaknya permintaan kredit.
"Ada berbagai pandangan terhadap fiskal kita yang diperkirakan bisa mengurangi jumlah likuiditas. Namun, pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia (BI) akan selalu bekerja sama untuk meyakinkan bahwa jumlah kebutuhan likuditas akhir tahun bakal terpenuhi," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Senin (21/11).
Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan, peningkatan belanja pemerintah di akhir tahun diharapkan bisa menjadi stimulus bagi perekonomian. Pendanaan belanja negara itu akan diupayakan berasal dari penerimaan negara, seperti dari sektor pajak dan bea cukai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai dengan akhir tahun, kegiatan dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita adalah untuk mengelola agar seluruh belanja negara bisa didanai oleh penerimaan negara. Oleh karena itu, diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadap kegiatan ekonomi masyarakat," terang mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.
Sri Mulyani meyakinkan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan bank sentral dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga kondisi perekonomian nasional. Sebagai informasi, sepanjang Oktober–Desember 2016 pemerintah diproyeksi belanja sebesar Rp600,6 triliun. Jumlah ini menambah realisasi belanja tiga kuartal sebelumnya yang mencapai Rp1.305,4 triliun.
Dengan demikian, realisasi belanja pemerintah tahun ini diperkirakan mencapai 91,5 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016, yaitu Rp2.082,9 triliun. Jika mempertimbangkan penghematan belanja yang sekitar Rp137,6 triliun, realisasinya diperkirakan mencapai 98 persen.
Sementara, dari sisi penerimaan, setoran pajak dan cukai diperkirakan mencapai Rp486,1 triliun sepanjang kuartal IV 2016. Pada akhir tahun, realisasi pendapatan negara diperkirakan akan minus Rp219 triliun dari target Rp1.786,2 triliun atau 87,7 persen.
Dari sisi pembiayaan, per 9 November 2016, pemerintah telah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp645,65 triliun atau 98,7 persen dari perkiraan kebutuhan tahun ini Rp654,36 triliun. Jika tidak ada aral melintang, kebutuhan pembiayaan tahun ini akan rampung dalam satu kali lelang SBN lagi.
(bir)