Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak naik tipis pada perdagangan Selasa (13/12) hampir tidak berubah, setelah rencana OPEC untuk membatasi produksi dilemahkan oleh data lembaga pengawas energi beberapa negara terkait berapa banyak produksi saat ini.
Seperti dilansir dari
Reuters, harga minyak sempat longsor ketika American Petroleum Institute menyatakan pada Selasa malam bahwa stok minyak mentah naik 4,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi penarikan stok 1,6 juta barel.
Pada hari Rabu, para pedagang akan melihat apakah kejutan membangun dikonfirmasi oleh angka mingguan dirilis oleh Departemen Energi AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga minyak WTI berjangka, yang mencapai level tinggi US$53,41 per barel di perdagangan awal, ditutup naik hanya 15 sen menjadi US$52,98 per barel, kehilangan posisi di akhir sesi. Kontrak tersebut pada akhirnya hanya di angka US$52,39 per barel, turun 44 sen.
Sementara, harga minyak mentah Brent ditutup hanya naik 3 sen menjadi US$55,72 per barel, angka itu kemudian turun 47 sen menjadi US$55,21 per barel.
Pasar telah menguat selama beberapa minggu setelah kesepakatan pertama OPEC untuk memangkas produksi dalam delapan tahun. Hal itu diikuti oleh perjanjian serupa pekan terakhir oleh negara-negara non-OPEC, termasuk Rusia, untuk membatasi produksi mereka juga.
Para pedagang mengatakan ada aksi ambil untung yang signifikan setelah harga minyak naik ke level tertinggi pertengahan 2015 awal pekan ini, didorong oleh kesepakatan yang dicapai oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan eksportir lainnya untuk memangkas produksi oleh gabungan 1,8 juta barel per hari (bph) .
Kesepakatan itu membantu harga minyak AS naik lebih dari 20 persen dalam waktu sekitar satu bulan, sehingga beberapa broker mengharapkan beberapa aksi ambil untung, terutama karena tidak jelas apakah rencana pemotongan produksi yang diusulkan dapat dipertahankan.
Namun, International Energy Agency menyatakan pada hari Selasa, bahwa mereka percaya OPEC memproduksi sekitar 34,2 juta barel per hari pada bulan November, atau tambahan 500 ribu barel per hari dari perkiraan OPEC. Meskipun demikian, IEA menaikkan perkiraan untuk konsumsi minyak global, melemahkan upaya dramatis oleh OPEC.
"Ada beberapa rincian dalam laporan IEA yang negatif, sebagian besar terkait produksi OPEC dan Arab Saudi," kata Robert Yawger, Direktur Divisi Berjangka Mizuho Securities USA.