'Rights Issue', Jalan Baru Bagi PLN Caplok Saham PGE

CNN Indonesia
Selasa, 13 Des 2016 12:50 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno memastikan, masuknya PLN ke PGE tidak melalui proses akuisisi. Namun rights issue.
Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) memastikan masuknya PT PLN (Persero) sebagai salah satu pemilik baru PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tidak dilakukan melalui proses akuisisi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, masuknya PT PLN (Persero) sebagai salah satu pemilik baru PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tidak dilakukan melalui proses akuisisi.

Rini menjelaskan, nantinya PGE akan menambah jumlah saham yang dimiliki. Setelah itu, perusahaan setrum pelat merah itu akan menyerap jumlah saham baru diterbitkan PGE. Skema tersebut lazim digunakan oleh perusahaan di bursa saham dengan istilah penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Sehingga, PLN nantinya secara otomatis menjadi pemegang saham baru PGE.

"PGE ini perlu diperjelas bahwa tidak ada akuisisi. Kami hanya ingin ada sinergi antara PT Pertamina (Persero) dan PLN, sehingga nanti PGE mengeluarkan saham baru di situ lalu PLN ikut. Supaya ada kebersamaan," jelas Rini, Selasa (13/12) 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melanjutkan, proses sinergi antara Pertamina dan PLN akan menguntungkan kedua perusahaan. Menurut Rini, Pertamina tentu akan untung karena ada kepastian ihwal penyerapan gas yang dihasilkan PGE. Sementara itu, PLN bisa mendapatkan harga gas bumi yang murah dari PGE, sehingga tarif listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) bisa lebih efisien.

Sayangnya, ia enggan menyebut proses terakhir dari wacana masuknya PLN ke dalam PGE.

"Geothermal itu dibor dan saat dapat uap itu hanya bisa menjadi listrik. Nah, kalau Pertamina mengebor dan mendapatkan uap tapi PLN bilang tidak mau diserap, bagaimana? Pertamina sudah investasi, tapi kalau tidak ada pembeli bagaimana?" jelasnya.

Selain sinergi di tenaga panas bumi, Rini juga mengimbau Pertamina untuk bekerjasam dengan PLN untuk penyediaan gas serta Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar untuk beberapa pembangkit listrik. Ia yakin, kerjasama ini akan membuat tarif listrik jadi lebih murah.

"Sehingga jika cost energi primer dari PLN bisa turun, maka harga listrik akan lebih rendah. Untuk Pertamina sendiri, kalau mereka memproduksi dan sudah mendapat order yang pasti, skala ekonomis (economies of scale) akan tercapai, cost production Pertamina pasti akan turun," tuturnya.

Sebagai informasi, PLN berencana untuk masuk ke PGE demi mengembangkan eksplorasi panas bumi dan membuat harga listrik panas bumi semakin murah. Sementara Pertamina berharap, akusisi PGN bisa meningkatkan instalasi pembangkit listrik tenaga panas bumi dari angka saat ini 450 Megawatt (MW) menjadi 1.000 MW beberapa tahun ke depan.

Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, proporsi penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi sebesar 40,82 persen dari pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 7.422 Megawatt (MW) di tahun 2025.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat adanya potensi panas bumi sebesar 29.544 MW. Dengan total kapasitas PLTP terpasang sebesar 1.513 MW, maka tingkat pemanfaatan tenaga panas bumi baru sebesar 5,61 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER