Kerja Sama Bilateral Akan Selamatkan Neraca Dagang RI di 2017

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 15 Des 2016 17:05 WIB
Hubungan bilateral akan lebih berdampak bagi Indonesia karena masih adanya bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global.
Hubungan bilateral akan lebih berdampak bagi Indonesia karena masih adanya bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Center for Strategic and International Studies (CSIS) memperkirakan, peluang Indonesia dalam menaikkan neraca perdagangan di tahun depan lebih banyak berasal dari hubungan kerja sama antar dua negara atau bilateral.

Kepala Departemen Penelitian Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri menyebutkan, hubungan bilateral akan lebih berdampak bagi Indonesia karena masih adanya bayang-bayang ketidakpastian ekonomi global, termasuk dari kerja sama banyak negara atau multilateral.

"Mutilateral itu lebih sulit dilakukan, tuntutannya banyak, keberatannya dari dalam semakin besar sehingga lebih condong kepada hubungan bilateral yang aman," ungkap Yose, Kamis (15/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan, Indonesia mungkin perlu melihat cara Amerika Serikat (AS) bergerak tahun depan. Di mana diperkirakan, AS juga lebih condong pada hubungan bilateral dengan negara-negara yang dianggap penting dan berdampak besar saja.

"Misalnya Amerika akan memilih partner yang penting saja dibandingkan dengan mengajak kerja sama banyak negara sekaligus. Makanya mereka diperkirakan tak ikut Trans Pacific Partnership (TPP)," imbuh Yose.

Dengan lebih banyak menjalin hubungan bilateral, Indonesia menurutnya mampu mengurangi ketergantungan hubungan dagangnya dengan China. Bahkan ia menyebut produk Indonesia, telah siap bersaing dengan produksi China.

Meski diperkirakan tak akan mudah, tapi Indonesia punya potensi tersebut. Pasalnya, beberapa produk ekspor China dengan apa yang Indonesia ekspor memiliki kesamaan.

Hal ini, lanjut Yose, dapat dimulai Indonesia dengan meningkatkan hubungan bilateral di kawasan Asean dan menjadi penggagas hubungan bilateral yang baru.

"Selama ini kita masih takut untuk mnejadi pionir, padahal di Asean kita punya kesempatan yang besar. Terlebih kalau AS tak bisa diharapkan, seharusnya negara seperti Indonesia, India, itu bisa maju jalin kerja sama," jelas Yose.

Sementara itu, setelah bilateral dianggapnya lebih efektif untuk Indonesia meningkatkan neraca perdagangan, multilateral justru perlu dipikirkan lebih matang, misalnya keikutsertaan Indonesia dalam TPP.

"Sebenarnya buat Indonesia tidak buruk juga, misalnya TPP tidak berjalan, artinya Indonesia tidak perlu memilih untuk ikut atau tidak. Sedangkan kalau TPP berjalan, kerugian Indonesia kalau di luar TPP sangat besar, sehingga Indonesia dipaksa ikut TPP," kata Yose.

"Nah, sekarang ini Indonesia punya waktu untuk mempertimbangkan. Tapi jangan punya waktu justru santai-santai. Seharusnya kita persiapkan diri kalau ada tawaran bilateral," tutupnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER