Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perkebungan Nusantara III (Persero) Holding atau PTPN Group membutuhkan dana segar Rp6 triliun untuk membiayai kebutuhan restrukturisasi tahun depan. Dana baru tersebut juga dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas pembayaran kelompok usaha PTPN melalui peningkatan kinerja.
Direktur Utama PTPN Group Elia Massa Manik mengatakan, sebetulnya, total kebutuhan pendanaan mencapai Rp13 triliun. Di antaranya Rp2 triliun telah diperoleh tahun ini. Sementara, Rp5 triliun sisanya ditargetkan diperoleh pada 2018 mendatang.
"Dengan adanya fresh fund (dana segar) diharapkan bisa mengejar ketertinggalan produktivitas dalam tempo 3-4 tahun," ujarnya, Senin (19/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, PTPN Group mengelola lahan seluas 1,18 juta hektare (ha) untuk komoditas kelapa sawit, karet, gula, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka buah-buahan, dan aneka tanaman lainnya.
Sayangnya, produktivitas PTPN Group masih rendah. Hal ini dipicu oleh rendahnya jumlah produksi, banyaknya tenaga kerja, serta inefisiensi. Akibatnya, harga pokok komoditas PTPN Group kalah bersaing dengan kompetitor.
Sebagai gambaran, lanjut Elia, per April – Mei 2016, harga kelapa sawit PTPN Group Rp6.643 per kilogram (kg) atau lebih tinggi dari kompetitor yang bisa menjual di level Rp4.005 per kg.
Berikutnya, harga karet PTPN Group juga lebih tinggi, yaitu mencapai Rp20.927 per kg. Sementara, kompetitor bisa menjual seharga Rp17.665 per kg. Selanjutnya, harga gula produksi PTPN Group dipasarkan sebesar Rp8.900 per kg, sedangkan harga rata-rata kompetitor di level Rp6.500 kg.
Tahun depan, PTPN Group mengincar mencetak untung usaha sebesar Rp650 miliar hingga Rp1 triliun. Untuk itu, PTPN Group akan memfokuskan pada peningkatan kinerja empat komoditas utama, yaitu sawit, karet, gula, dan teh.
Tak cuma itu, perusahan perkebunan pelat merah itu juga fokus pada pengembangan usaha hilirisasi, pemberdayaan penelitian dan pengembangan, penguatan strategi pemasaran, serta implementasi teknologi, informasi, dan pengadaan terintegrasi.
Di tempat yang sama, Direktur Keuangan dan Korporasi Erwan Pelawi merencanakan pemenuhan kebutuhan pendanaan baru tersebut akan diperoleh dari pinjaman bank.
"Saat ini, kami sedang berbicara dengan beberapa bank, baik itu bank pemerintah maupun bank swasta," terang Erwan.
Lebih lanjut Erwan mengungkapkan, dana segar itu akan digunakan untuk dua strategi investasi PTPN Group di berbagai sektor seperti kelapa sawit, karet, kopi, dan teh. Investasi akan digunakan untuk restrukturisasi fisik dalam bentuk perbanyakan jenis tanaman dan perbaikan pabrik.
"Jadi, memang kami membutuhkan dana agar ke depan PTPN–PTPN yang kinerjanya saat ini belum baik, dengan adanya perbaikan di tanaman dan pabrik, diharapkankan bisa pulih lagi," katanya.
Selain itu, investasi itu juga akan diarahkan untuk ekspansi perseroan. Misalnya, penambahan kapasitas pabrik, dan sebagainya. "Selanjutnya, dana segar juga untuk ekspansi. Ada beberapa investasi yang rutin dilaksanakan dan ada beberapa yang untuk ekspansi," imbuh dia.
Sebagai informasi, tahun lalu, PTPN Group membukukan nilai penjualan sebesar Rp36,21 triliun di mana 63 persen di antaranya bersumber dari kelapa sawit sebesar Rp22 triliun. Besaran kerugian yang diderita perusahaan tahun lalu mencapai Rp613,27 miliar.
Sepanjang Januari - Oktober 2016, perusahaan mencatatkan penjualan sebesar Rp26,8 triliun dengan kerugian sebesar Rp582 miliar. Sampai dengan akhir tahun, nilai penjualan perusahaan diestimasikan sebesar Rp34,6 triliun dan rugi usaha sebesar Rp226 miliar.
(bir)