Jakarta, CNN Indonesia -- Moody's Investors Service menyatakan prospek bank di Asia Pasifik untuk 2017 adalah negatif, karena kondisi operasional yang menantang di wilayah tersebut akan membebani kualitas aset dan profitabilitas bank.
Direktur Pelaksana Moody's, Stephen Long mengatakan aset bermasalah akan naik dari tingkat yang umumnya rendah karena ekspansi kredit sebelumnya yang cepat, peningkatan perusahaan dan daya serap rumah tangga. Selain itu karena masalah kredit yang sedang berlangsung dan tantangan dalam komoditas dan industri siklis.
"Arus modal swasta asing akan tetap fluktuatif di negara berkembang Asia, menekan mata uang domestik dan melemahkan kondisi operasional bank. Kenaikan harga properti di Asia Pasifik akan lebih menambah risiko kredit bagi bank," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (13/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, profitabilitas kuat bank pada umumnya akan terus tertekan oleh biaya kredit yang lebih tinggi. Namun demikian, Moody's menilai, meskipun secara keseluruhan outlook negatif, risiko pelemahan bagi bank sebagian diimbangi dengan peningkatan modal bank, serta pendanaan dan likuiditas yang kuat.
Terkait masalah leverage (daya serap dan perputaran kredit) perusahaan mempengaruhi kualitas aset bank, Moody's menilai hal tersebut umumnya tetap tinggi di Asia Pasifik.
Sementara laju akumulasi utang telah melambat di banyak pasar, menunjukkan upaya deleveraging awal. Sementara peningkatan kadar utang akan menguji kualitas aset bank, karena beberapa perusahaan berjuang dengan arus kas yang lemah dan tingkat utang yang tinggi.
Untuk bank di China, secara khusus Moody's menyatakan bahwa bank-bank akan terus menghadapi tantangan kredit, karena lingkungan operasional akan tetap menantang. Hal itu mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, peningkatan restrukturisasi sektor korporasi, dan kenaikan kekhawatiran atas lonjakan harga aset di beberapa daerah .
Adapun dukungan pemerintah bagi bank dinilai akan tetap tinggi, karena regulator di Asia Pasifik tidak tertarik untuk memakai opsi penyelamatan (bail-in). Hong Kong adalah satu-satunya pengecualian di kawasan ini, dengan rezim resolusi operasional.
Moody's juga membahas masalah risiko dan peluang yang muncul, dan menilai bahwa penerbitan obligasi oleh bank-bank di Asia Pasifik akan meningkat. Sementara, kompetisi yang ditimbulkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi keuangan akan meningkatkan pengembangan dan pemberian layanan keuangan bank.
Dari 16 sistem perbankan di Asia Pasifik yang dianalisis Moody's, enam di antaranya membawa pandangan negatif, naik dari tiga sistem pada awal 2016. Sementara, pandangan yang stabil untuk 10 sistem yang tersisa mencerminkan ketahanan bank yang lebih besar terhadap risiko solvabilitas yang lebih tinggi.
Adapun 16 sistem perbankan yang dianalisis oleh Moody adalah: Australia (negatif outlook sistem perbankan), Cina (negatif), Hong Kong (negatif), India (stabil), Indonesia (stabil), Jepang (stabil), Korea (negatif), Malaysia ( stabil), Mongolia (negatif), Selandia Baru (stabil), Filipina (stabil), Singapura (negatif), Sri Lanka (stabil), Taiwan (stabil), Thailand (stabil) dan Vietnam (stabil).
(gir)