Jepang Sodorkan RI Teknologi Budidaya Tuna Laut Dalam

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Selasa, 27 Des 2016 18:40 WIB
Selain bermanfaat untuk budidaya tuna, teknologi laut dalam yang dimiliki Jepang juga bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Selain bermanfaat untuk budidaya tuna, teknologi laut dalam yang dimiliki Jepang juga bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengupayakan kerjasama dengan pihak asing untuk membangun sentra perikanan berkelanjutan. Proyek proyek tersebut rencananya akan segera direalisasikan pada 2017 mendatang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Bramantyo Satyamurti Poerwadi mengatakan, pada 2017 mendatang banyak pembangunan yang akan dilakukan oleh Kementerian yang dipimpin oleh Susi Pudjiastuti itu. Bahkan, kata Bram, pihak Jepang telah menawarkan pengembangan energi baru terbarukan melalui teknologi Deep Sea Water.

"Kita lakukan pertemuan dengan Jepang pertengahan Desember kemarin, mereka tawarkan kita untuk joint program Deep Sea Water ini," kata Bram di Kompleks Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Selasa (27/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teknologi Deep Sea Water ini, kata dia bisa digunakan untuk mengalirkan listrik di pulau pulau kecil dan terluar Indonesia. Selain itu, air dingin yang berasal dari dalam laut pun kata Bram, bisa digunakan untuk budidaya ikan tuna.

"Jepang sudah bilang akan berusaha mengawal. Rencananya mereka akan memulai di Morotai, semoga ini bisa terwujud," tambah Bram,

Lebih lanjut kata Bram, pihak Jepang telah melakukan beberapa peninjauan terhadap lokasi Sentra Kelautan dan Perikanan (SKPT). Rencanya jika kerjasama ini berlanjut pembangunan Deep Sea Water akan dilakukan di Morotai.

Teknologi Deep Sea Water ini merupakan teknologi yang memanfaatkan tekanan air dingin laut dalam yang kemudian didorong ke atas permukaan.

Perbedaan temperatur yang diangkat ke atas serta tekanan yang dihasilkan dari dalam laut tersebut bisa digunakan untuk daya listrik.

"Kita bisa hasilkan dua hal sekaligus, tekanan dan perbedaan temperatur air untuk listrik, juga air bersih yang bisa digunakan untuk budidaya tuna," kata Bram.

Sementara itu, Kepala Divisi Pesisir dan Maritim Indonesian Center For Environmental Law (ICEL) Ohiongyi Marino menilai, pembangunan Deep Sea Water tersebut harusnya dilakukan dengan perencanaan yang matang. Kerjasama itu kata dia, harusnya didasarkan pada Safety Guard Mechanism.

"Tidak buruk, proyek apapun bagus untuk dilakukan. Namun dasarnya harus jelas, jangan ambil hanya karena ditawari kerjasama oleh negara yang lebih maju," kata Marino.

Marino menilai, jika pembangunan proyek ini tidak didasari dengan mekanisme dan kajian lingkungan, justru bisa membahayakan ekosistem perairan di kawasan pulau pulau kecil dan terluar itu.

Selain itu, Marino menambahkan jika pembangunan Deep Sea Water ini dilakukan di kawasan Timur Indonesia berpotensi merusak ekosistem perikanan. Karena, kawasan Timur kata dia, merupakan daerah laut yang kaya dengan berbagai jenis ikan dan ekosistem laut lainnya.

"Morotai itu banyak ikannya. Ini kan sama dengan menanam teknologi modern sampai dasar (laut) lalu airnya ditarik ke luar. Ini tentu bisa merusak, tidak masalah kalau proyeknya dilakukan di kawasan pencucian laut yang buruk, sebelum final harus ada kajian secara mendalam dan menyeluruh, jangan salah langkah," kata dia. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER