Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BJPS) Ketenagakerjaan terus menambah jumlah agen guna menjaring kepesertaan yang lebih luas di Indonesia. Dalam strateginya, BPJS secara terang-terangan mengadopsi model keagenan yang telah diterapkan cukup lama di Jepang, yakni Shauroshi.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan, Sharoushi adalah model keagenan untuk akuisisi peserta jaminan sosial Jepang yang telah beroperasi sejak tahun 1968 dengan tingkat keberhasilan mencapai 98 persen.
"Model ini berfungsi mengakuisisi, memberikan edukasi, sosialiasi, dan konsultasi kepada para pekerja Jepang dalam organisasi masyarakat yang disebut Jimukumiai. Di Indonesia, model ini diimplementasikan oleh BPJS dengan nama Agen PERISAI atau Penggerak Jaminan Sosial Indonesia," ujar Agus dalam keterangan resmi, Selasa (27/12)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui model ini, BPJS Ketenagakerjaan merekrut individu-individu untuk dibekali dengan pelatihan dan sertifikasi yang mumpuni untuk menjalankan profesi Agen PERISAI. Yaitu, fungsi akuisisi, edukasi, sosialiasi, dan konsultasi jaminan sosial khususnya ketenagakerjaan.
Ia mengklaim, implementasi ini telah mendapatkan dukungan dari pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Dukungan tersebut disampaikan dalam pembicaraan bilateral yang dilakukan oleh dengan Pimpinan JICA diwakili oleh Suzuki Norito Senior Vice President JICA dan Kumagai Masato Deputy Director JICA.
Dalam kunjungan ke Jepang, Agus juga memaparkan perkembangan implementasi
piloting project Sharoushi di Indonesia yang telah diujicobakan di Yogyakarta dan Jember sejak Oktober 2016.
Agus menyampaikan, pencapaian kinerja para Agen PERISAI di daerah Yogyakarta dan Jember sangat memuaskan. Dalam kurun waktu dua bulan pasca peluncuran, agen PERISAI telah berhasil melakukan akuisisi di daerah Yogyakarta sebanyak 1.293 pekerja dan 181 pekerja di daerah Jember dengan kolektibilitas iuran mencapai 100 persen.
Dengan hasil yang dicapai ini, Agus menjelaskan, BPJS Ketenagakerjaan telah memperluas
pilot project jaringan PERISAI di 9 kota lainnya, di antaranya Medan, Serang, Jakarta, Bandung, Bali, Kupang, Mataram, Manado dan Makassar.
"Hal ini kami lakukan tentunya untuk percepatan meningkatkan cakupan kepesertaan dan memperluas jangkauan perlindungan kepada seluruh pekerja, khususnya pekerja BPU (Bukan Penerima Upah)", jelasnya.
Dalam kunjungannya, Agus juga menjelaskan beberapa tantangan yang dihadapi,tidak hanya oleh BPJS Ketenagakerjaan, tapi juga dapat terjadi dengan PERISAI, yaitu faktor sosial ekonomi, demografi, budaya hingga regulasi yang ada.
Agus berharap, dukungan JICA kepada BPJS Ketenagakerjaan diperluas, termasuk untuk penguatan
capacity building BPJS Ketenagakerjaan dalam menangani program pensiun. Karena, permasalahan yang sedang dihadapi oleh Jepang dalam menangani program pensiun saat ini sangat mungkin bisa terjadi di Indonesia 20 tahun mendatang, saat mayoritas penduduk Indonesia memasuki usia tua (aging population) seperti Jepang sekarang ini.
"Kami berharap, kerja sama yang sudah terjalin dapat dituangkan dalam
high level commitment untuk memastikan sarana pertukaran pengetahuan, penelitian dan pengembangan sistem jaminan sosial termasuk jaminan pensiun, serta implementasi model Shauroshi di Indonesia dapat dilaksanakan secara optimal", pungkas Agus.
(bir)