Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan produksi budidaya ikan hingga akhir kuartal III 2016 hanya mencapai 13,3 juta ton atau setara dengan Rp86,146 triliun. Angka tersebut belum bisa mencapai target tahun ini yang ditetapkan sebesar 19,46 juta ton.
Bahkan data terakhir hingga awal Desember 2016, capaian itu baru menyentuh angka 15,8 juta ton. Atas capaian tersebut, Direktur Jendral Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mencatat masih ada defisit produksi hingga 3 juta ton untuk menutupi target.
"Memang, kalau lihat target itu masih kurang sekitar 3 juta ton, tapi itu masih data sementara, Desember juga belum habis," kata Slamet dikutip Jumat (30/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum tercapainya target tersebut menurut Slamet bisa disebabkan karena faktor cuaca yang cenderung hujan sepanjang tahun. Cuaca dingin dan basah serta sering berubah menurut dia bisa menekan produksi ikan.
"Cuaca hujan, suhu jadi turun naik, air hujan kan bersifat asam, nah PH dan kadar garam juga jadi menurun. Makanya penurunan produksi bisa terjadi," kata dia.
Slamet melanjutkan, tingginya curah hujan ini bisa menggangu reproduksi ikan yang hidup di laut. Selain itu, turunnya kadar garam juga bisa menggangu produksi rumput laut.
Sehingga Slamet mengatakan, agar hal serupa tidak terjadi di tahun depan maka pihaknya akan mulai membudidayakam jenis-jenis perikanan yang tahan terhdapa perubahan iklim dan cuaca. Siasat tersebut dilakukan agar target tahun depan bisa dicapai.
"Target tahun depan harus bisa tercapai , kita siasati dengan mengembangkan jenis-jenis ikan yang tahan cuaca, misalnya lele dan kekerangan itu mereka budidayanya murah tapi harganya lumayan. Terlebih jenis ini tahan terhadap cuaca," kata Slamet.