GMF Optimis Tutup Tahun dengan Kinerja Kinclong

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Jumat, 30 Des 2016 14:11 WIB
Per November 2016, pendapatan GMF tembus US$337 juta atau 91,6 persen dari target yang dicanangkan, dengan net profit margin US$55,6 juta.
Per November 2016, pendapatan GMF tembus US$337 juta atau 91,6 persen dari target yang dicanangkan, dengan net profit margin US$55,6 juta. (REUTERS/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF), anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang bergerak di bidang jasa perawatan pesawat, mengaku optimis dapat membukukan kinerja kinclong mengakhiri tahun ini.

"Kami meyakini bahwa peningkatan target tersebut adalah bentuk kepercayaan pemegang saham terhadap kinerja GMF yang terus bergerak ke arah positif," ujar Direktur Utama GMF Juliandra Nurtjahjo, seperti dilansir Antara, Jumat (30/12).

Optimisme kinerja kinclong itu dibuktikan dengan pencapaian revenue (pendapatan) yang hingga November 2016 tembus US$337 juta atau 91,6 persen dari target yang dicanangkan. Bahkan, net profit margin-nya sudah mencapai US$55,6 juta atau 120 persen dari target.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejalan dengan pencapaian kinerja GMF di sepanjang 2016, pemegang saham juga memutuskan target pencapaian tahun depan, yaitu untuk pencapaian pendapatan sebesar US$454 juta serta net profit sebesar US$69 Juta.

Julian mengungkapkan, kinerja positif di 2016 dan target kinerja 2017 menjadi landasan bagi GMF dalam mencapai visinya pada 2020 mendatang untuk menjadi 10 besar perusahaan perawatan pesawat di dunia.

Untuk menjawab tantangan 2017 yang sudah di depan mata, GMF memiliki rencana jangka menengah dan jangka panjang yang telah disesuaikan dengan kebutuhan internal, sekaligus mengantisipasi kondisi eksternal.

Selain itu, ketersediaan kapasitas menjadi perhatian GMF karena pertumbuhan pasar perawatan pesawat yang sangat cepat. Namun dalam pengembangan fasilitas perawatan, GMF mempertimbangkan rencana Garuda Indonesia sebagai induk usaha dan customer utama, serta pemegang saham mayoritas GMF.

Salah satunya pengembangan kapasitas GMF di area Batam. Pemilihan Batam sebagai lokasi pengembangan bisnis didasari oleh aksesibilitas Batam yang dekat dengan pusat penerbangan regional Asia, yaitu Singapura serta faktor lain yang sangat mendukung.

Ditunjuknya GMF sebagai Pusat Logistik Berikat oleh Dirjen Bea dan Cukai pada Oktober 2016 lalu dinilai juga menjadi peluang bagi GMF untuk bisa mengembangkan bisnisnya melalui pengembangan Pusat Logistik Berikat tersebut di Batam.

"Dengan kemitraan strategis dan dukungan optimal dari pemerintah selama ini, kami yakin pengembangan kapasitas perawatan pesawat baik di Batam, maupun kawasan timur Indonesia dapat dilaksanakan tahun depan," pungkas Juliandra. (bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER