2017, BPS Waspadai Gejolak Harga BBM

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Selasa, 03 Jan 2017 17:17 WIB
Badan Pusat Statistik memperkirakan harga minyak global merangkak naik, sehingga pemerintah perlu pula menyesuaikan kebijakan.
Badan Pusat Statistik memperkirakan harga minyak global merangkak naik, sehingga pemerintah perlu pula menyesuaikan kebijakan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan laju inflasi sepanjang tahun 2017 sesuai dengan target inflasi yang ditetapkan pemerintah, yakni sebesar 4 persen plus minus 1 persen. Kendati demikian, ada satu faktor yang diwaspadai, yaitu pergerakan harga minyak.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, keyakinan itu didapat dari keberhasilan pemerintah mencapai inflasi sebesar 3,02 persen sepanjang tahun 2016.

"Inflasi 3,02 persen ini kami surprise sekali. Saya kira tahun depan masih di bawah 4 persen," ujar Sasmito di kantornya, Selasa (3/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan ia memperkirakan di bulan Januari 2017, laju inflasi akan lebih rendah dibandingkan capaian inflasi pada Januari 2016 yang berada di angka 0,51 persen.

Salah satu komponen yang berkontribusi kepada inflasi, disebutnya akan mengalami penurunan harga sehingga memberi pengaruh rendahnya inflasi, yakni harga cabai rawit.

"Saya harap harga cabai rawit bisa turun, itu menekan inflasi. Walau memang tarif listrik akan naik, tapi kemungkinan inflasi tidak terlalu tinggi," imbuh Sasmito.

Untuk harga cabai rawit, dalam beberapa bulan terakhir, harga cabai rawit berada dikisaran yang tinggi. Data terakhir BPS mencatat, harga cabai rawit pada akhir November berada di kisaran Rp40.855 per kilogram (kg). Namun, di penghujung Desember, harga menanjak tajam menjadi Rp72.822 per kg.

"Cabai rawit sekarang harganya naik, harga tinggi ini membuat banyak orang menanam cabai. Khawatirnya, Januari Februari stok meningkat sehingga harga turun tajam. Dari segi inflasi, ini akan menekan inflasi Januari," jelas Sasmito.

Sentimen lain yang juga menekan inflasi, yakni kebijakan penurunan harga gas bagi sejumlah industri yang rencananya diberlakukan mulai Januari ini.

Sasmito menilai, penurunan harga gas akan mendorong sejumlah industri menurunkan harga penjualan yang selanjutnya mempengaruhi inflasi. Sebab, Sasmito meramalkan, penurunan harga gas akan memberi imbas kepada daya beli konsumen yang diperkirakan akan terkoreksi sekitar 1,12 persen sehingga menekan inflasi.

Sementara untuk rencana kenaikan tarif listrik, lanjut Sasmito, diperkirakan tak mengganggu laju inflasi, selama kenaikkan dilakukan secara bertahap oleh pemerintah, yakni di bulan Januari dan Maret mendatang.

"Sebetulnya Desember kemarin ada kenaikan tarif listrik juga. Nanti ada lagi di Januari dan Maret. Tapi kalau dinaikkan bertahap, imbasnya kecil terhadap inflasi," terang Sasmito.

Menurutnya, hanya satu komponen yang harus benar-benar diperhatikan pemerintah untuk menjaga laju inflasi di tahun depan, yakni pengaturan harga bahan bakar minyak (BBM).

Sasmito menyebutkan, di tahun ini, harga BBM global diperkirakan merangkak naik sehingga pemerintah perlu pula mengatur harga BBM agar inflasi tak meninggi.

"BBM global sepertinya akan naik juga. Tinggal nanti bagaimana kita ikut menyesuaikan juga atau tidak. Kalau naiknya bertahap sih, saya rasa tidak masalah ke inflasi," tutupnya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER