Dolar AS Perkasa, Harga Minyak Lunglai

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 04 Jan 2017 07:30 WIB
Harga Brent sempat tembus US$58,37 per barel, sementara WTI US$55,24 per barel. Saat ini, harga Brent cuma US$55,47 dan WTI US$52,33.
Harga Brent sempat tembus US$58,37 per barel, sementara WTI US$55,24 per barel. Saat ini, harga Brent cuma US$55,47 dan WTI US$52,33. (REUTERS/Stringer).
Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak dunia melemah lebih dari dua persen pada perdagangan perdana tahun ini. Penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dianggap menjadi biang keladinya.

Mengutip Reuters, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya menguat, bahkan merupakan yang tertinggi dalam 14 tahun terakhir, setelah data manufaktur AS Desember 2016 menunjukkan perbaikan dibanding bulan sebelumnya.

Hasilnya, harga Brent melemah US$1,35 per barel ke angka US$55,47 per barel. Sementara itu, minyak West Texas intermediates (WTI) turun sebesar US$1,39 persen ke angka US$52,33 per barel.

Padahal, angka kontrak minyak Brent dan West Texas Intermediates (WTI) sempat mencapai posisi tertinggi sejak Juli 2015 lalu, seiring dengan ekspektasi pemangkasan produksi yang dilakukan negara-negara organisasi pengekspor minyak mentah (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC). 

Harga Brent sempat menyentuh angka US$58,37 per barel, sementara WTI tembus ke angka US$55,24 per barel.

Asal tahu saja, pemangkasan produksi yang dilakukan negara-negara OPEC dan beberapa anggota non-OPEC mulai berlaku 1 Januari 2017 kemarin. Pemangkasan produksi diharapkan menyentuh 1,8 juta barel per hari.

Negara non-OPEC asal Timur Tengah , Oman, mengumumkan akan memangkas produksi minyak mentah mereka sebesar 5 persen pada Maret mendatang. Di sisi lain, Libya malah meningtkatkan produksi dari 600 ribu barel per hari menjadi 685 ribu barel per hari. Sebagai informasi, Libya dikecualikan dari kebijakan pemangkasan produksi OPEC.

Sementara itu, negara anggota non-OPEC lainnya, Rusia, juga tetap mempertahankan produksi minyak mereka di angka 11,21 juta barel. Namun, Rusia siap menurunkan produksinya sebesar 300 ribu barel per hari pada paruh pertama tahun 2017.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(bir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER