Kesepakatan OPEC Meragukan, Harga Minyak Tertekan

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 08 Des 2016 07:15 WIB
Harga minyak Brent berjangka turun US$0,93 ke angka US$53 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediates turun US$1,16 ke angka US$49,77 per barel.
Harga minyak Brent berjangka turun US$0,93 ke angka US$53 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediates turun US$1,16 ke angka US$49,77 per barel. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak melemah pada perdagangan hari Rabu, dipicu oleh meningkatnya persediaan minyak Amerika Serikat (AS). Di samping itu, harga minyak juga dipicu keraguan bahwa pemangkasan produksi yang dilakukan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan Rusia bakal cukup untuk mengurangi kelebihan suplai minyak saat ini.

Hasilnya, harga minyak Brent berjangka turun US$0,93 per barel ke angka US$53 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediates (WTI) turun US$1,16 per barel ke angka US$49,77 per barel.

Seperti dilansir dari Reuters, keraguan ini muncul setelah laporan Energy Information Administration (EIA) AS menunjukkan bahwa persediaan minyak turun 2,4 juta barel sepanjang pekan lalu. Namun, persediaan minyak di hub pengiriman minyak berjangka AS di Cushing, negara bagian Oklahoma meningkat 3,8 juta barel pada periode yang sama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, OPEC berharap negara-negara anggota non-OPEC bisa memangkas produksi lebih besar dari 600 ribu barel per hari. Rusia sendiri mengatakan akan memotong produksi 300 ribu barel.

Menteri Minyak Nigeria, Emmanuel Ibe Kachikwu menjelaskan, kesepakatan OPEC akan tetap berlangsung meski Rusia menjadi negara non-OPEC satu-satunya yang masih komitmen. Nigeria sendiri dikecualikan dari kebijakan OPEC, di mana negara Afrika itu berharap bisa meningkatkan produksi dari 1,9 juta barel per hari ke angka 2,1 juta barel per hari bulan Januari mendatang. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER