POJOK EDUKASI

Kinerja Reksa Dana Campuran Paling Kinclong Sepanjang 2016

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Selasa, 10 Jan 2017 11:03 WIB
Reksa dana saham sempat menjadi favorit di awal 2016, namun kemudian tersalip oleh reksa dana campuran akibat fluktuasi IHSG dan efek terpilihnya Trump.
Reksa dana saham sempat menjadi favorit di awal 2016, namun kemudian tersalip oleh reksa dana campuran akibat fluktuasi IHSG dan efek terpilihnya Trump. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Investasi reksa dana sepanjang 2016 terlihat masih mampu memberikan imbal hasil (return) yang tinggi kepada nasabah. Berdasarkan data yang dirilis oleh PT Infovesta Utama, reksa dana campuran atau Infovesta Balanced Fund Index menjadi pencetak rata-rata return terbanyak sepanjang 2016 yaitu, 9,29 persen.

Pencapaian itu diatas reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana pasar uang. Di mana rata-rata return reksa dana pendapatan tetap atau Infovesta Fixed Income Fund Index sebesar 8,02 persen. Kemudian disusul oleh reksa dana saham atau Infovesta Equity Fund Index sebesar 7,7 persen, dan reksa dana pasar uang atau Infovesta Money Market Fund sebesar 4,63 persen.

Head of Research and Consulting Services Infovesta Utama Edbert Suryajaya menyatakan, posisi return terbesar sejak awal tahun hingga pertengahan tahun kemarin sebenarnya dipimpin oleh reksa dana saham. Sayang, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak fluktuasi sepanjang semester II 2016 membuat reksa dana saham tertekan sehingga posisinya disusul oleh reksa dana campuran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih tepatnya, sejak Agustus kinerja reksa dana saham telah terlihat menurun imbas dari isu The Fed yang akan menaikan suku bunganya pada Desember 2016 lalu. Kemudian, kemenangan Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) juga menambah tekanan pada IHSG dan berimbas pada reksa dana saham.

Kinerja Reksa Dana Campuran Paling Kinclong Sepanjang 2016Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS turut menggerus kinerja reksa dana saham. (REUTERS/Mike Segar)


“Sebelum itu, posisi reksa dana saham menjadi yang terbaik karena laju IHSG cukup stabil pada semester I 2016,” ucap Edbert saat dihubungiCNNIndonesia.com, Selasa (10/1).

Lebih Fleksibel

Reksa dana campuran berhasil menempati posisi reksa dana saham disebabkan sifat reksa dana tersebut yang lebih fleksibel dibandingkan dengan reksa dana saham. Seperti diketahui, reksa dana campuran dapat ditempatkan dalam berbagai instrumen misalnya, saham dan obligasi.

Bila dirinci lagi, reksa dana campuran bernama Net Dana Flexi tercatat memberikan return terbanyak dibandingkan dengan reksa dana campuran lainnya. Reksa dana besutan PT Net Assets Management ini mampu memberikan return mencapai 37,99 persen. Kemudian, reksa dana milik PT Samuel Asset Management bernama SAM Dana Berkembang menyusul dengan memberikan return sebesar 30,26 persen.

Presiden Direktur Samuel Asset Management Agus Basuki Yanuar menuturkan, meski IHSG cukup berfluktuasi sepanjang semester II 2016 perusahaan tetap lebih banyak menempatkan dana nasabah di instrumen sahan. Bila dirinci, 65 persen di saham dan sisanya ditempatkan dalam obligasi dan pasar uang. Menurutnya, saham dinilai lebih prospektif dibandingkan obligasi dan pasar uang.

“Valuasinya juga menarik, selain itu likuid, dan tata kelola usahanya bagus,” ucap Agus.

Asal tahu saja, total dana kelolaan Samuel Asset Management hingga akhir tahun 2016 mencapai Rp7,3 triliun, di mana dana kelolaan reksa dana saham sebanyak Rp4,25 triliun. Tahun ini, Agus menargetkan adanya kenaikan dana kelolaan menjadi Rp9 triliun

Bahana Terkinclong

Meski reksa dana campuran mampu menjadi reksa dana yang memberikan return terbesar dibandingkan dengan reksa dana lainnya, bukan berarti semua produk reksa dana campuran memberika return yang positif. Infovesta Utama mencatat ada 14 produk reksa dana campuran yang tercatat negatif, terutama Millenium Balance Fund milik PT Millenium Capital Management dengan return yang minus 55,13 persen dan Asanusa Balanced Fund besutan PT Asanusa Asset Management yang minus 59,8 persen.

Sementara, peringkat pertama yang memberikan return terbanyak untuk produk reksa dana pendapatan tetap diduduki oleh Pendapatan Tetap Abadi 2 milik PT Bahana TCW Investment Management yang memberikan return sebesar 20,08 persen. Kemudian, reksana dana pendapatan tetap milik PT Mega Capital Investama menyusul reksa dana Bahana TCW yakni, Mega Dana Ori Dua dengan return 15,28 persen.

Direktur Bahana TCW Soni Wibowo menuturkan, sebagian besar dana nasabah atau sebesar 90 persen hingga 95 persen ditempatkan dalam surat utang (obligasi). Bahana TCW sendiri tak memilih obligasi korporasi dan memutuskan surat utang negara (SUN) untuk menempatkan dana nasabahnya. Sementara, sekitar lima persen hingga 10 persen nasabah ditempatkan di deposito.

Kinerja Reksa Dana Campuran Paling Kinclong Sepanjang 2016Direktur Bahana TCW Soni Wibowo menuturkan, sebagian besar dana nasabah atau sebesar 90 persen hingga 95 persen ditempatkan dalam surat utang (obligasi). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)


“Pemilihan instrumen atau produk investasi ini memanfaatkan penurunan suku bunga selama 2016,” ungkap Soni.

Return dari reksa dana pendapatan tetap milik Bahana TCW ini juga sekaligus menjadi penyumbang return terbesar untuk nasabah sepanjang 2016 ini dibandingkan dengan produk reksa dana Bahana TCW lainnya. Lalu, reksa dana saham berada pada urutan kedua dengan mencetak return sebesar 13 persen hingga 15 persen dan terakhir reksa dana pasar uang sebesar 6,5 persen.

Sedikit berbeda dengan reksa dana campuran yang memiliki 14 produk yang memberika return negatif, untuk reksa dana pendapatan tetap hanya ada tiga produk yang memberika return negatif. Di mana Maybank Dana Obligasi Plus yang dikeluarkan oleh PT Maybank Asset Management memberikan return negatif terbanyak yakni, minus 9,41 persen.

Selanjutnya, untuk reksa dana saham besutan PT Treasure Fund Investama bernama Treasure Fund Super Maxxi berhasil memberikan return terbesar yakni, 50,85 persen, dan disusul oleh produk reksa dana saham milik PT Sucor Ivest Asset Management bernama Sucorinvest Equity Fund sebesar 47,99 persen dan Sucorinvest Sharia Equity Fund 41,18 persen.

Menurut Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana, perusahaan memilih beberapa saham emiten yang berada dalam sektor pertambangan, keuangan, dan infrastruktur sebagai pilihan portofolionya sepanjang 2016. Namun, perusahaan lebih fokus pada saham emiten sektor pertambangan, khususnya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

“Ketersediaan komoditas dunia mulai turun akibat penurunan harga, sehingga kami ambil posisi beli pada saham tambang yang akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas nantinya,” ucap Jemmy.

Hingga akhir 2016, Sucor Invest mampu membukukan dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) mencapai Rp4,2 triliun atau naik sekitar tiga persen dari total dana kelolaan tahun 2015. Sementara, khusus untuk reksa dana saham jumlahnya Rp400 miliar.

Jika dibandingkan dengan produk reksa dana milik Sucor Invest lainnya, reksa dana saham tercatat memberikan return terbesar yakni, 35 persen. Kemudian, rata-rata return reksa dana campuran sebesar 20 persen, dan dari obligasi sebesar 10 persen.

Prospek Reksa Dana Saham

Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan menilai reksa dana saham akan kembali menjadi primadona pada tahun ini seiring dengan prediksi laju IHSG yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini didukung oleh tingkat suku bunga yang rendah yakni, 4,75 persen sehingga akan memberikan kemudahan bagi emiten dalam melakukan pembiayaan untuk melakukan ekspansi.

Selain itu, beberapa proyek infrastruktur yang tengah didorong oleh pemerintah diyakini memberikan multiplier effect kepada beberapa emiten seperti emiten konstruksi dan semen. Dengan demikian ada perputaran ekonomi yang terjadi dan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik lagi.

“Perbaikan ekonomi juga ditunjang perbaikan harga komoditas, kalau harga komoditas membaik maka neraca akan membaik, semoga bisa mendukung nilai tukar rupiah untuk juga stabil,” terang Wawan.

Kinerja Reksa Dana Campuran Paling Kinclong Sepanjang 2016Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan menilai reksa dana saham akan kembali menjadi primadona pada tahun ini seiring dengan prediksi laju IHSG yang lebih baik. (CNN Indonesia/Safir Makki)


Ia mempredisi reksa dana saham dapat memberikan return sebesar 9 hingga 11 persen sepanjang tahun ini. Artinya, return pasar saham memiliki potensi untuk menyentuh dua digit. Hal ini juga ditunjang oleh prediksi laporan keuangan emiten sepanjang 2016 yang diprediksi bertumbuh, sehingga berimbas pada laju IHSG dan reksa dana saham.

“Lalu bulan April juga musim pembagian dividen, itu pasti ada katalis positifnya,” imbuh Wawan.

Setali tiga uang dengan Wawan, Soni menilai tahun ini akan menjadi milik reksa dana saham. Menurutnya, perbaikan pereknomian secara global akan berpengaruh pada perekonomian dalam negeri, dan tentunya hal tersebut akan mendorong pasar modal Indonesia lebih baik lagi tahun ini.

Hal ini membuat dirinya berani menaikkan target rata-rata return untuk reksa dana saham menjadi 15 persen hingga 17 persen dari sebelumnya yang berada pada posisi 13 persen hingga 15 persen.

“Kami melihat tahun ini adalah tahun saham seiring dengan membaiknya perekonomian dunia, untuk return lainnya reksa dana pendapatan tetap 8 persen sampai 11 persen, pasar uang 6,5 persen sampai 7,5 persen, dan campuran 11 persen sampai 13 persen,” papar Soni.

Adapun, Samuel Asset Management akan mempertahankan strategi perusahaan dengan tetap fokus pada sektor consumer dan komoditas. Selain itu, perusahaan juga menilai return terbesar masih akan diberikan oleh reksa dana saham.

“Potensi pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia sekitar 13,5 persen,” imbuh Agus.

Sementara itu, Jemmy menilai kampanye dan sosialisasi yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) akan berpengaruh positif terhadap laju IHSG tahun ini. Namun, pihaknya memiliki strategi yang beda dengan menempatkan porsi pada saham sektor keuangan dan infrastruktur sebesar 25 persen dari sebelumnya 20 persen dan akan menurunkan sedikit porsi di saham emiten tambang.

“Untuk perbankan kami suka dengan bank Badan Usaha Milik negara (BUMN) seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), untuk infrastruktur seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR),” papar Jemmy. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER