Jakarta, CNN Indonesia --
Konsorsium Pertamina, ExxonMobil dan PTT mengurungkan niatnya menandatangani kesepakatan Production Sharing Contract (PSC) atawa kontrak bagi hasil Blok East Natuna pada tahun ini juga.
Alasannya, konsorsium ingin pengembangan minyak dan gas dilakukan bersamaan agar lebih ekonomi. Menurut jadwal yang dibuat Pertamina, PSC Blok East Natuna kemungkinan baru diteken pada 2018 nanti.
Pemerintah telah menyodorkan PSC Blok East Natuna sejak 2016 lalu. Konsorsium tersebut ditawari bagi hasil minyak sebesar 40 persen.
“Blok itu kami sepakat untuk dijadikan satu. Kami sepakat satu blok ada minyak dan gas. Rencananya, kami kembangkan minyak dulu. Tetapi, kan kami tidak bisa bicara minyak saja. Yang jadi masalah, di struktur AL yang gasnya besar. Lebih tepat jangan buru-buru diteken sekarang. Proposal juga kami tandatangan baru nanti pada 2018,” tutur Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, mengutip Detik.com, Kamis (12/1).
Lebih lanjut ia menjelaskan, pengembangan gas di struktur AL masih menunggu hasil kajian mengenai teknologi yang sesuai untuk pengembangan gas, serta bagaimana pemasarannya (technology and marketing review/TMR). Setelah itu rampung, PSC baru bisa disusun untuk kemudian ditandatangani.
Memang, dengan kandungan CO2 yang mencapai 70 persen, tak mudah untuk mengembangkan gas di Blok East Natuna. Perlu teknologi tepat agar CO2 bisa dipisahkan dari gas dan tidak mencemari udara. Butuh investasi besar untuk pengembangan gas dan tentunya harus ada margin yang layak bagi investor.
"East Natuna itu sangat kompleks, dalam artian tantangan teknologi maupun komersialnya karena kandungan CO2 tinggi. Sekarang kan pemerintah ingin kami kembangkan cepat tapi pemerintah tahu juga tidak mungkin disuruh kembangkan suatu area
at any cost, dengan segala macam tantangan terus tidak ada
return, kan nggak mungkin. Jadi, harus ketemu keinginan pemerintah untuk mempercepat pengembangan dan investor mendapatkan
return yang sesuai dengan
cost,” terang dia.
Selain teknologi untuk pengembangannya, gas dari East Natuna juga harus memperoleh pembeli dulu. Investor tentu akan rugi besar kalau pengembangan sudah dilakukan, namun tidak ada yang mau membeli gasnya. Maka, percepatan pengembangan Blok East Natuna harus dilakukan dengan cermat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT