Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 58 obligasi perusahaan pembiayaan (multifinance) senilai Rp32,076 triliun akan jatuh tempo tahun ini. Jumlah ini berasal dari 16 multifinance nasional. Jumlah ini naik cukup kentara jika dibandingkan dengan obligasi jatuh tempol tahun lalu yang berkisar Rp20,72 triliun.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dari total 16 multifinance yang menerbitkan surat utang tersebut, empat multifinance di antaranya tercatat memiliki jumlah 'segunung'.
Yaitu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias EXimbank dengan obligasi jatuh tempo Rp8,464 triliun terdiri dari delapan obligasi. Antara lain, Rp1,594 triliun jatuh tempo pada 5 Juni, Rp1,485 triliun jatuh tempo pada 16 Oktober, dan Rp1,793 triliun jatuh tempo pada 5 September.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, obligasi jatuh tempo Astra Sedaya Finance (ASF) mencapai Rp5,645 triliun, Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) sebesar Rp2,752 triliun, dan Federal International Finance (FIF) yang terafiliasi dengan Astra Group sebesar Rp2,481 triliun.
Direktur Utama Adira Finance Willy S Dharma menyatakan siap melunasi seluruh obligasi jatuh temponya. Anak usaha PT Bank Danamon Indonesia Tbk ini tercatat mengantongi lima obligasi yang akan jatuh tempo, di antaranya Rp808 miliar pada 12 November dan Rp835 miliar pada 6 Agustus nanti.
"Kan kami sudah memiliki rencana pendanaan. Ya, tentunya dananya berasal dari penerimaan angsuran nasabah, obligasi, dan pinjaman bank, baik bilateral maupun sindikasi, baik offshore maupun onshore sepanjang swap market memungkinkan. Kebutuhan kami Rp20 triliun, di luar equity dan angsuran nasabah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/1).
Direktur ASF Jodjana Jody mengklaim, perseroannya memiliki kesiapan penuh melunasi obligasi jatuh tempo yang akan dimulai Februari nanti. Ia bahkan mengaku, arus kas perseroan cukup tebal untuk mengongkosi seluruh surat utangnya tahun ini.
"No issue (tidak ada masalah). Kami punya cash balance yang menganggur saja tiap bulan Rp600 miliar. Ini untuk antisipasi arus kas. Pembayaran cicilan nasabah yang kami tagih tiap bulan ada Rp2,5 miliar. Jadi, tida ada masalah," imbuh dia.
Malah, sambung dia, perseroan memiliki sisa Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) sebesar Rp4,3 miliar yang belum digunakan hingga saat ini. "Kalau momentumnya bagus, akan kami gunakan untuk biayai kerja," ucapnya.
Tak ketinggalan, LPEI juga menggali banyak sumber pendanaan di sepanjang tahun ini. Direktur LPEI Raharjo Adisusanto menyebut bahwa perseroannya mengincar dana segar hingga Rp27 triliun untuk tahun ini.
Jika dirinci, sebesar Rp14 triliun di antaranya akan berasal dari obligasi berdenominasi rupiah, dan sisanya sekitar Rp13 triliun berupa surat utang dan pinjaman bank dalam mata uang dolar AS. "Hasil dari penerbitan surat utang akan digunakan sebagian untuk bayar obligasi jatuh tempo," terang dia.
Adapun, Raharjo merinci, utang jatuh tempo perseroan mencapai Rp8,5 triliun dan US$1 miliar, serta pinjaman bank sebesar US$500 juta.