Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak melonjak lebih dari satu persen pada hari Kamis waktu Amerika Serikat (AS), setelah eksportir minyak utama, termasuk Arab Saudi dan Rusia, memangkas produksi untuk mengurangi persediaan minyak yang melimpah.
Pergerakan harga minyak ini juga dipengaruhi oleh proyeksi permintaan dari Cina yang diperkirakan meningkat.
Dilansir dari
Reuters, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih bilang, negaranya telah memangkas produksi ke titik terendah selama hampir dua tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, al-Falih mengatakan, permintaan minyak global diperkirakan tumbuh lebih dari 1 juta barel per hari pada tahun ini.
Beberapa anggota organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), seperti Kuwait dan Irak menyebut tetap berkomitmen pada pemangkasan produksi.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo mengungkapkan, grup kartel minyak itu berharap persediaan minyak bisa turun pada kuartal II tahun ini.
Secara terpisah, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menuturkan, negaranya baru memulai pemangkasan produksi, sejalan dengan komitmen antar negara non-OPEC.
Di sisi lain, China National Petroleum Corp (CNPC) melansir impor minyak menuju Cina diprediksi naik 5,3 persen ke angka 396 juta ton pada 2017, dengan konsumsi mencapai rekor 594 juta ton atau 12 juta barel per hari.
Akibatnya, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berjangka CLc1 menguat US$0,76 per barel ke angka US$53,01 per barel. Sementara harga Brent LCOc1 nenguat US$0,91 per barel ke US$56,01 per barel.
Harga minyak berada di kisaran tinggi sejak 1,5 bulan terakhir, di mana pembeli terpengaruh kabar pemangkasan produksi dari beberapa negara produsen minyak besar.
Selain itu, OPEC juga sepakat untuk mengurangi produksi yang dimulai pada Januari tahun ini untuk mengurangi suplai minyak berlebih.
(bir)