Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyalurkan kredit senilai Rp 6 triliun kepada PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Kalimantan Tengah.
Emiten berkode SSMS yang tengah melebarkan lahan bisnisnya di Kalimantan Tengah ini, berencana terus konsisten membidik peluang-peluang pengembangan luas areal tanamnya. Tak hanya itu, SSMS juga akan mengembangkan usahanya, antara lain dengan membangun lebih banyak pabrik kelapa sawit.
“Dukungan BNI ini merupakan bentuk kepercayaan yang sangat berarti sekali buat PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Dukungan finansial BNI ini menjadikan kami semakin optimis dalam mengembangkan bisnis,” kata Direktur Keuangan SSMS, Nicholas Justin Whittle dalam keterangan resmi, Minggu (15/1),
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya kerja sama dalam bentuk pinjaman, BNI dan SSMS juga bekerja sama dalam bidang pengembangan perkebunan kelapa sawit dan produk-produk turunannya, antara lain layanan cash management. Layanan cash management ini melengkapi dukungan lainnya yang sudah diberikan BNI sebelumnya.
Direktur Keuangan dan Risiko Kredit BNI Rico Rizal Budidarmo menuturkan, jalinan kerja sama ini dilaksanakan dengan prinsip saling menguntungkan. Bidang-bidang kerja samanya antara lain penyimpanan dan pengelolaan dana dalam bentuk produk-produk perbankan yang disiapkan BNI, penggunaan fasilitas Integrated Cash Management antara lain BNI Direct hingga BNI e-tax, serta layanan corporate card dan individual card.
Direktur Utama SSMS, Vallauthan Subraminam mengatakan, perseroan ingin terus menambah luas lahan perkebunan sawit dari seluruh areal lahan yang saat ini mencapai hampir 100.000 hektar.
“Kami akan terus mencari peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan area cadangan lahan dan area tertanam,” kata Vallauthan.
Ia mengatakan, sebagian besar tanaman kelapa sawit yang dimiliki perseroan sudah akan memasuki tahun puncak produksi.
“Kami selalu optimis bahwa profil tanaman yang kami miliki akan mendukung peningkatan produksi TBS untuk beberapa tahun ke depan. Tahun 2017 ini kami juga berharap sudah bisa mulai membangun dua lagi pabrik kelapa sawit (PKS) di Kalteng," katanya.
Perseroan, lanjut Vallauthan, akan terus melanjutkan rencana-rencana penanaman baru di atas lahan yang telah dimiliki. Bahkan, SSMS tahun 2017 ini telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) sebesar Rp350 miliar yang akan digunakan untuk mewujudkan rencana penanaman baru tersebut. Selain untuk mendanai penanaman baru, capex sebesar itu juga akan dimanfaatkan untuk membiayai kebutuhan dana mengembangkan infrastruktur pabrik kelapa sawit (PKS).
SSMS sendiri sudah memantapkan rencana pengembangan lahan kebun seluas 13 ribu hingga 15 ribu hektar dalam tiga tahun ke depan. “Biayanya sekitar US$ 6000 per hektar. Merupakan cost of maturity,” katanya seraya menambahkan bahwa akuisisi tersebut akan dilakukan sepanjang memenuhi kondisi yang baik, mulai dari aspek lingkungan, kualitas, dan perizinan.
Menurut dia, SSMS telah memasang target peningkatan produktivitas yang signifikan tapi tetap realistis dalam 3 tahun ke depan. Dalam tahun 2017 ini saja, misalnya, Perseroan telah mematok target peningkatan produktivitas hingga mencapai rata-rata 22 ton per hektar, naik 2 ton per hektar dibanding tahun 2016 lalu.
“Yang jelas, penambahan lahan akan terus dilakukan, tentunya dengan target peningkatan produktivitas. Sebab, usia tanam kita beda-beda. Mulai dari tanaman sawit 2006 sampai 2016 masih ditanam. Tapi ada dua kebun kita sekarang yang sudah mencapai 28-30 ton per hektar,” ujar Vallauthan.
Ia juga optimis, dengan harga crude palm oil (CPO) yang terus membaik di tengah iklim yang juga telah “bersahabat” dengan binis sawit, kinerja Perseroan akan ikut semakin baik. “Fundamental bisnis kami sudah kokoh. Karena itu, kami sangat optimis, ke depan nanti SSMS akan berkembang menjadi salah satu perusahaan perkebunan sawit yang akan sangat diperhitungkan,” ujar Vallauthan.
Menurut dia, harga CPO tahun ini hampir pasti akan tetap pada kisaran yang positif. Kebutuhan CPO dari negara-negara di kawasan Asia, khususnya Cina dan India, diprediksi akan meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan dari industri-industri oleokimia dan biodiesel.
Saat ini, Perseroan mengoperasikan 6 unit pabrik kelapa sawit, masing-masing di daerah Sulung, Natai Raya, Suayap, Selangkun, Malata dan Nanga Kiu yang secara rata-rata memiliki kapasitas produksi minyak sawit mentah sebesar 1.800 metrik ton per hari, dengan utilisasi tak kurang dari 60 persen.
Luas lahan sawit Perseroan di Kalimantan Tengah per September 2016 mencapai 95.770 hektar dengan lahan tertanam per September 2016 lalu mencapai 68.479 hektar.