Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih bergerak negatif pada awal pekan ini, Senin (16/1), karena pelaku pasar masih menunggu (
wait and see) hingga Donald Trump melakukan pidato perdana sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari mendatang.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Heldy Arifien menuturkan, pelaku pasar menanti pidato dan kebijakan Trump yang akan diungkapkan pada momen inaugurasi tersebut. Kebijakan yang akan diambil oleh presiden AS terpilih secara otomatis akan berpengaruh terhadap pergerakan pasar di dalam negeri.
“Intinya pelaku pasar
wait and see apa yang akan terjadi. Mereka menunggu sampai kondusif,” ungkap Heldy kepada CNNIndonesia.com, Senin (16/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, dari dalam negeri sendiri IHSG juga tak memiliki sentimen positif. Bisa dikatakan, tidak banyak perubahan dari kondisi makro ekonomi yang mendongkrak laju IHSG. Namun, Heldy melihat sektor barang dan konsumsi dan perbankan mampu menahan tekanan IHSG pada pekan depan.
“Karena emiten barang dan konsumsi sudah melemah, mungkin sektor ini bisa jadi penahan tekanan IHSG, selain itu sektor perbankan diyakini juga mampu menahan tekanan IHSG,” jelas dia.
Heldy sendiri menyarankan untuk melakukan aksi beli pada saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) karena harganya yang sudah rendah.
Sementara, empat emiten perbankan terbesar dapat menjadi pilih pelaku pasar untuk melakukan perdagangan pekan ini. Empat emiten tersebut diantaranya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Heldy memprediksi pergerakan IHSG cenderung sama dengan pekan sebelumnya. Menurutnya, IHSG akan bergerak dalam level
support 5.276 dan resisten 5.305.
Sementara itu, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menjelaskan, IHSG terlihat masih berada dalam rentang konsolidasi wajar. Pelaku pasar masih menanti rilis laporan keuangan emiten sepanjang tahun 2016 untuk dijadikan acuan investasi pada tahun ini.
“Data kinerja emiten masih ditunggu untuk dijadikan pelaku pasar sebagai salah satu informasi dalam menentukan pilihan investasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam tahun 2017,” papar William.
Tak hanya data kinerja emiten, data neraca perdagangan yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga diyakini memberikan pengaruh terhadap pergerakan IHSG. Ia memprediksi IHSG dapat bergerak dalam rentang
support 5.274 dan resisten 5.336.
Sekadar informasi, pergerakan IHSG sepanjang pekan lalu turun 1,38 persen ke level 5.272 jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya 5.347. Pelemahan IHSG ini sejalan dengan penurunan kapitalisasi pasar 1,39 persen menjadi Rp5.727 triliun dari Rp5.808 triliun.
Untuk bursa global sendiri, mengutip Reuters, mayoritas perdagangan saham di Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Di mana Nasdaq Composite mencapai rekor tertingginya pada perdagangan Jumat lalu ke level 5,574.12 atau naik 26,63 poin (0,48 persen), sedangkan S&P500 juga ditutup menguat 4,2 poin (0,18 persen) ke level 2,274.64. Namun, indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 5,27 poin (0,03 persen) di level 19,885.73.
Penguatan Nasdaq Composite sendiri didorong oleh penguatan saham Facebook pada Jumat lalu, sedangkan laju S&P500 ditopang oleh data kinerja keuangan perbankan di Amerika Serikat (AS) pada kuartal IV yang membukukan laba diatas ekspektasi banyak analis.
(gen)