Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menahan posisi suku bunga acuannya, BI 7
Days Reverse Repo di level 4,75 persen. Selain itu, Rapat Dewan Gubernur juga memutuskan tidak mengubah bunga
Deposit Facility dan
Lending Facility, masing-masing di posisi 4 persen dan 5,5 persen.
"Keputusan ini sejalan dengan upaya BI menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam konferensi pers, Kamis (19/1).
Setelah mencatat kinerja relatif baik di 2016, prospek ekonomi ke depan diperkirakan membaik dengan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. BI tetap mewaspadai sejumlah risiko di 2017 baik global terutama arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), pemulihan ekonomi China serta tren kenaikan harga minyak dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ke depan BI tetap waspadai risiko keuangan global dan tetap lakukan stabilitas kurs dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," jelas Tirta.
Keputusan untuk menahan suku bunga itu juga mempertimbangkan tingkat inflasi 2016 dan awal Januari 2017 yang cukup stabil dan berada di batas bawah sasaran 4 plus minus 1 persen. Tercatat hingga akhir Desember 2016, Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 0,42 persen lebih rendah dari posisi November yang sebesar 0,47 persen (
month to month) dengan demikian sepanjang 2016 inflasi berada di posisi 3,02 persen.
"Angka ini didukung oleh inflasi inti yang rendah,
amdinistered prices yang minimal, di tengah gejolak harga pangan yang naik," jelas Tirta.
Dari sisi global, perekonomian dunia tahun ini diperkirakan akan didorong oleh kenaikan konsumsi dan investasi non residensial di negeri Paman Sam. Tingkat pengangguran di AS juga menurun ke level terendah dan angka inflasi mengarah ke target jangka panjang.
Dari pergerakan rupiah, pasca hasil pemilu AS, BI mencatat rupiah terus menguat seiring dengan aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik. Tirta menyebut rupiah terapresiasi 0,59 persen secara bulanan menjadi Rp13.473 per dolar. Tahun lalu, rupiah menguat hingga 2,32 persen sepanjang tahun yang didukung oleh persepsi positif investor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
"Penguatan itu sejalan dengan kenaikan aliran dana masuk terutama di SUN. Dan
outflow di pasar saham berkurang setelah kenaikan Fed
Rate bahkan mendorong
inflow di 2016," pungkasnya.