OJK Sebut Pria Lebih Paham Produk dan Jasa Keuangan

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Rabu, 25 Jan 2017 02:15 WIB
OJK melakukan survei 2016 ini dilakukan terhadap 9.680 responden di 34 provinsi yang tersebar di 64 kota atau kabupaten di Indonesia
Survei 2016 oleh OJK dilakukan terhadap 9.680 responden di 34 provinsi yang tersebar di 64 kota atau kabupaten di Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah pria yang memahami produk dan jasa keuangan lebih besar dibandingkan dengan wanita pada survei yang dilakukan pada 2016.

Deputi Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Anggar B. Nuraini menuturkan, OJK mencatat sebanyak 33,52 persen pria memahami produk dan jasa keuangan. Sementara hanya 25,69 persen perempuan yang mengerti terkait produk dan jasa keuangan.

Jika dirinci, tingkat pemahaman pria di sektor perbankan sebesar 32,72 persen, asuransi sebesar 18,44 persen, lembaga pembiayaan sebesar 15,99 persen, dana pensiun sebesar 13,1 persen, pegadaian 19,93 persen, pasar modal 5,38 persen, BPJS Kesehatan 32,01 persen, dan BPJS Ketenagakerjaan 13,01 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya kaum ibu yang paham ke pegadaian, sekarang yang banyak paham bapak-bapaknya. Padahal ibu-ibu biasanya Menteri Keuangan di rumah tangganya," ungkap Anggar, Selasa (24/1).

Untuk sektor pegadaian sendiri, jumlah perempuan yang memahami hanya 15,61 persen. Sementara, untuk sektor perbankan hanya 25,04 persen. OJK mencatat, perempuan lebih lemah dalam memahami produk dan jasa keuangan dari segala sektor, terutama sektor pasar modal yang hanya 3,39 persen.

Meski begitu, nyatanya tingkat pemahaman ini tidak sama hasilnya dengan jumlah penggunaan produk dan jasa keuangan atau disebut dengan inklusi keuangan secara per sektor, khususnya sektor pegadaian.

Tercatat, jumlah pengguna produk dan jasa keuangan di sektor pegadaian lebih banyak perempuan yakni, 11,13 persen. Sementara, laki-laki yang menggunakan pegadaian hanya 9,86 persen.

"Jadi ternyata walaupun banyak pria yang paham, tapi lebih banyak ibu-ibu yang ke pegadaian," papar Anggar.

Namun, jika dilihat secara keseluruhan, jumlah pria yang menggunakan produk dan jasa keuangan lebih banyak dibandingkan perempuan. Dalam survei yang dilakukannya, OJK mencatat produk jasa dan keunagan yang digunakan oleh pria sebesar 69,5 persen dan perempuan hanya 66,09 persen.

Adapun, survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada 2016 menunjukkan indeks literasi keuangan sebesar 29,66 persen dan indeks inklusi keuangan sebesar 67,82 persen.

Survei 2016 ini dilakukan terhadap 9.680 responden di 34 provinsi yang tersebar di 64 kota atau kabupaten di Indonesia. Sementara, jika dibandingkan dengan survei sebelumnya tahun 2013, tercatat adanya peningkatan.

Bila pada 2013 literasi keuangan sebesar 21,84 persen, pada tahun lalu sebesar 29,66 persen. Kemudian, untuk inklusi keuangan pada 2013 sebesar 59,74 persen menjadi 67,82 persen.

"Peningkatan tersebut merupakan hasil kerja keras OJK dan industri jasa keuangan yang terus berusaha secara berkesinambungan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat," ucap Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S. Soetiono. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER