Izin Impor Gas Jokowi Berpotensi Ciptakan Mafia Modus Baru

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 27 Jan 2017 13:37 WIB
Pemburu rente akan muncul karena industri pengguna gas tidak punya fasilitas regasifikasi dan pipa gas jika mengimpor sendiri LNG dari luar.
Ilustrasi fasilitas regasifikasi LNG di Jepang. (Dok. Wikipedia).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Safiun mengaku sangat khawatir dengan langkah instan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekan harga gas industri. Pilihan untuk membuka keran impor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) yang bisa dilakukan oleh setiap pelaku industri pengguna gas, dikhawatirkan hanya akan menciptakan mafia gas baru.

Achmad meramal, para pemburu rente dari bisnis tersebut berpotensi muncul bukan dalam bentuk menjadi perantara pembelian gas dari luar negeri. Namun, pada proses penerimaan gas tersebut setelah dikirimkan oleh penjual di luar negeri kepada pembeli.

“Industri pengguna gas itu tidak punya fasilitas regasifikasi dan jaringan pipa. Kalau kami disuruh membangun sendiri, tentu beban kami malah membengkak,” kata Achmad kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, jika pemerintah membuka opsi bagi industri pengguna gas untuk bekerja sama dengan pihak ketiga yang berkomitmen membangun infrastruktur, ia khawatir opsi tersebut malah menjadi ladang basah bagi pencari rente.

Menurut Achmad, nantinya harga gas tak hanya menjadi mahal, namun struktur biayanya semakin tidak transparan dan terdistorsi.

"Bagi yang punya fasilitas, saya yakin mereka akan akan bermain di dalamnya. Yang ada, sistem distribusinya semakin ruwet dibanding kami melakukan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) secara domestik," keluhnya.

Bahkan, Achmad berani menyebut jika izin impor LNG tersebut hanya akan menguntungkan PT PLN (Persero). Pasalnya, tanpa ada kepastian dari pemerintah siapa pihak yang bertanggung jawab membangun infrastruktur penunjang seperti fasilitas regasifikasi, maka hanya perusahaan yang sudah siap dan memiliki infrastruktur saja yang terbantu dengan kebijakan itu.

"Kalau untuk pembangkit listrik, mungkin PLN punya fasilitas penerima LNG tersendiri. Tapi kalau bagi industri, bagaimana caranya? Memang secara ekonomi murah, tapi kami ragu ke depannya gas malah tak efisien," ujar Achmad. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER